MASALAH sampah seakan menjadi gunung es yang siap menghantam sebuah kota kapan saja, bila tak memiliki konsep dan arah yang jelas untuk menuntaskannya.
WHISNU PRADANA, CIMAHI
Berawal dari keprihatinan atas masalah lingkungan hidup seperti semakin besarnya volume sampah dari sampah rumah tangga, Chondjaruddin Ahmad Wirasendjaja, menciptakan mesin pengolahan sampah yang diberi nama Paranti Composter.
Nama Paranti sendiri diambil dari Bahasa Sunda yang artinya untuk tempat sesuatu, atau benda yang ditentukan untuk sesuatu.
Sedangkan Composter, merupakan idiom Bahasa Inggris yang artinya alat pembuat kompos.
Berbeda dengan mesin composter lainnya, mesin yang dibuat Chondjaruddin, mampu menjadikan sampah untuk berubah jadi kompos hanya dalam waktu 24 jam.
Mesin yang bahannya didominasi almunium ini memiliki ketinggian sekitar 80 sentimeter dengan lebar 40 centimeter, sedangkan didalamnya terdapat mesin pencacah layaknya pisau blander.
Cara kerja, yakni sampah organik beserta zat addictive dimasukkan ke dalam mesin untuk dihancurkan, lalu setelah hancur, sampah didiamkan untuk proses pengomposan.
“Cara kerja mesin ini sederhana, jadi mesin ini punya alat pencacah untuk mengecilkan sampah, sehingga mudah untuk dibusukan,” ujarnya usai peresmian PT Paranti Alam Sejahtera di Komplek Cipageran, Jumat (18/1/2019).
Pembusukannya oleh bakteri, selama 24 jam bakteri ini akan membusukan sampah saat proses pengomposan dalam mesin tersebut membutuhkan sekitar 10 mililiter bakteri.
Mesin ini juga sudah dilengkapi dengan alat pengering, sehingga bisa menghasilkan kompos yang kering dan tidak menjijikan.
“Kalau misalnya pengomposan dalam mesin itu butuh waktu lima hari kan gak mungkin ibu-ibu masaknya lima hari satu kali,” ujarnya.
“Setelah kita hitung biaya produksi, harganya Rp11 juta per unit dan itu sudah termasuk garansi satu tahun kemudian kita juga kasih satu liter bakteri. Karena pertama kali membuat mesin ini, keluar biaya sekitar Rp30 juta,” ujar pria lulusan pendidikan Politeknik Mekanik Swiss ITB tahun 1985 ini.
Untuk prototype yang pertama, mesin ini berbahan kayu dengan kapasitas 5 kilogram sampah organik dan berat mesin 52 kilogram.
Sedangkan prototype yang kedua kapasitasnya 5 kilogram sampah organik dengan berat mesin 17 kilogram.