Mencari harta karun ‘Kopi’ di Kota Bandung, seorang wanita paruh baya asli Kota Bandung kerap menjelajah coffee shop yang tersembunyi. Bermodalkan kamera mirrorless, ia ingin terus mencari tempat ngopi yang enak sekaligus mengedukasi masyarakat.
Nur Fidhiah Shabrina/Radar Bandung
YANTY Hardi Saputra, wanita kelahiran Bandung, 24 Desember 1965 sangat mencintai kopi sejak kecil.
Dimulai dari kebiasaan kedua orangtuanya yang kerap menjadikan kebiasaan ngopi sebagai aktivitas wajib di pagi hari, akhirnya perempuan lulusan Seni Rupa ITB tersebut ikut kecanduan minuman berkafein itu.
Yanty yang sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak itu mengaku dirumahnya ia suka membuat kopi tubruk menggunakan biji kopi Javaco.
“Melihat trend coffee shop yang terus berkembang, Yanty akhirnya semakin gencar mencari tempat ngopi yang tersembunyi di sudut Kota Bandung,” curhatnya kepada Radar Bandung di Yumaju 2 Coffee, Jalan Menado.
Lebih lanjut ia bercerita, karena seringnya mengunjungi banyak coffee shop dan memotretnya, ia disarankan untuk membuat sebuah akun media sosial instagram dengan nama ‘gemarngopi’.
Pada akun instagramnya, Yanty memposting foto kopi beserta suasana coffee shop untuk di informasikan kepada pengikutnya.
Pertama kali wanita berambut panjang itu memposting foto di tahun 2014, kini jumlah pengikutnya sudah mencapai 3.441 dengan jumlah foto 3.088.
“Saya dapat banyak ilmu dari barista di coffee shop, katanya saya kan suka ngopi terus foto juga ya sudah digabung saja kedua hobi itu, di pilih-pilih nama akunnya apa ya, akhirnya bikin instagram dengab nama ‘gemarngopi’ karena hobi ngopi ini,” sambungnya.
Yanty mengaku, tidak mau di sebut sebagai seorang blogger atau influencer kopi, karena ia hanya seorang penikmat kopi saja. Keengganannya itu beralasan, Yanty tidak mau menjadikan hobinya ini memberi dampak negatif bagi coffee shop yang dikunjungi.
“Saya gak mau kalau sampai postingan di instagram mematikan bisnis kopi tersebut. Kalau ada yang bilang ‘ibu makasih ya berkat postingannya coffee shopnya jadi ramai’, itu saya bahagia,” terangnya.
“Kemana pun saya berkunjung pasti cari coffee shop, termasuk ke luar negeri. Ngopi itu semua hilang, saat kita ngopi ya cuma bicara kopi. Tanpa memandang gender, agama, ras, semua menjadi satu,” tandasnya.