News

IN-TENSION, Pameran Drawing Banyak Makna

Radar Bandung - 21/09/2020, 03:31 WIB
AY
, Ali Yusuf
Diedit oleh Redaksi

RADARBANDUNG.id, BANDUNG– IN-TENSION merupakan sebuah judul yang diusung untuk menghadirkan suasana proses berkarya ketiga seniman; Ridwan Solehudin, Daka Kuntara Solehudin, dan Chakra Narasangga.

Ketiganya merupakan peserta yang terlibat dalam mentoring project bersama seniman Nandanggawe di dalam program Drawingclass212 angkatan ke 6.

Maka rentang waktu inilah yang menjadi rujukan proses berkarya mereka.

Meski merupakan eksplorasi berbasis drawing, tapi prakteknya para calon seniman di drill bagaimana berkarya rupa dengan standar seniman.

Pada aspek ini, kehadiran Nandanggawe sebagai mentor menjadi penanda khusus dimana ia kemudian mentransfer proses dan metode kreatifnya, bukan gaya pada karyanya.

Pada pameran di Galeri Seni Popo Iskandar ini, seniman diberikan kebebasan bereksplorasi terhadap satu pusat minat, media, dan juga teknik.

Dengan tawaran kebebasan dan tantangan yang dihadapi, hadirlah karya-karya drawing dari Ridwan Solehhudin yang menggunakan ballpoint di atas kertas.

Chakra Narasangga dengan eksplorasi pensil dan Dalam Kuntara menggunakan drawing pen.

Ketiganya berkarya di atas kertas yang beragam dengan pendekatan teknis dan tema berbeda.

Sehingga meski semua sama namun pengunjung bisa merasakan intensitas yang berbeda dari setiap karyanya.

“Karya-karya setiap seniman ini kita akan merasakan intensitas dari tegangan yang secara keseluruhan memiliki artikulasi yang berbeda dari masing-masing seniman,” ucap Kurator, Anton Susanto.

Pada karya Daka Kuntara, pengunjung akan dihadapkan pada rangkaian karya drawing yang dengan sengaja menghadirkan citraan objek yang mengalami gangguan distorsi visual.

Distorsi visual yang mengadaptasi efek glitch.

Sekilas mirip dengan bayangan gambar yang kerap muncul di televisi.

Daka mempresentasikan seiring dengan semakin dekatnya manusia dengan teknologi digital, maka efek distorsi visual juga akan terasa sangat akrab,

“Karena acap kita temukan dalam monitor komputer, smartphone ataupun televisi,” ucapnya.

Daka melanjutkan peristiwa glitch ini merupakan gambaran pergulatan batinnya dalam proses pencarian jati diri.

Namun lebih luas lagi glitch yang dimaksud adalah sebuah potret kehidupan.

Khususnya di Indonesia, dimana glitch atau gangguan temporer selalu muncul dalam berbagai aspek kehidupan dan kemudahan berdampak.

Baca Juga: Mengenang Omaswati dan Sapardi Djoko Damono 

Pilihan drawing pen sebagai alat gambar pada karya-karya Daka cukup menggambarkan terhadap adaptasi glitch sebagai bagian yang dekat dengan dunia digital.

Selain latar belakangnya yang seorang graphic designer, ini juga terasa pada kecenderungannya membuat karya drawing.