News

Dadang Ronda: ‘Festival Pencak Silat 2019’ Tangga Menuju Jabar Juara Lahir Bathin

Radar Bandung - 15/10/2019, 22:18 WIB
OR
Oche Rahmat
Tim Redaksi
Kabid Pembudayaan Olahraga Dispora Jabar, Dadang Ronda, memperagakan salah satu jurus Pencak Silat.

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi (Dispora) Jawa Barat kembali menggelar ‘Festival Pencak Silat 2019’ yang berlangsung di Hotel Horison Ultima, jalan Pelajar Pejuang, pada 14 – 17 Oktober 2019. Diikuti 405 peserta dari seluruh kota/kabupaten Jawa Barat, acara ini mendapat antusias tinggi dari seluruh padepokan pencak silat yang hadir.

Pencak silat sebagai olahraga tradisional asli Indonesia belakangan sedang diperjuangkan statusnya menjadi warisan budaya tak benda di UNESCO. Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jabar sedang mengusahakan berbagai cara supaya olahraga ini bisa segera disahkan. Apalagi kepopuleran pencak silat sudah dikenal di seluruh penjuru dunia.

Kadispora Jabar, Engkus Sutisna memberikan sambutan pada ‘Festival Pencak Silat 2019’ yang berlangsung di Hotel Horison Ultima, jalan Pelajar Pejuang, pada 14 – 17 Oktober. Foto: NUR FIDHIAH SHABRINA/RADAR BANDUNG

“Tidak cuma Malaysia saja yang punya pencak silat, Indonesia juga punya. Kalau sudah disahkan tidak akan ada lagi klaim-klaim begitu. Beberapa bulan kemarin saya sempat ke Paris dan Belanda, untuk mempersentasikan kepada UNESCO mengapa pencak silat layak jadi salah satu warisan budaya dunia tak benda,” kata Perwakilan IPSI Jabar, Soni Harsono  ditemui selepas acara, Selasa (15/10/2019).

Soni menambahkan keistimewaan pencak silat sebagai olahraga tradisional adalah pada cabang olahraga ini menggunakan instrumen kesenian tradisional yang mengiringi atraksi pencak silat berlangsung. Selain itu yang ia bawa ketika membawa cabor ini ke UNESCO adalah unsur seni yang disebut hanya ada satu di dunia.

“Akan kita prioritaskan untuk terus tampil bergemang karena yang ditampilkan di UNESCO juga untuk menjadikan olahraga ini sebagai warisan budaya tak benda adalah seni,” terangnya.

Katanya, penetapan warisan budaya tak benda oleh UNESCO akan diumumkan di bulan Desember. Sudah berusaha semaksimal mungkin mempromosikan pencak silat, Soni optimisis cabor ini bisa diterima karena pencak silat memiliki empat aspek, yakni olahraga, seni, bela diri, dan spiritual.

“Kita tampil untuk menunjukan bahwa silat itu memang milik kita indonesia, kekayaan yang hebat, kekayaan yang memiliki banyak makna,” imbuhnya.

Senada dengan Soni, Kadispora Jabar, Engkus Sutisna mengatakan olahraga pencak silat merupakan salah satu cabang olahraga yang selalu mendulang prestasi pada event olahraga nasional dan internasional. Maka dari itu, dia rasa pencak silat sudah layak dikukuhkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.

Engkus menambahkan melalu Festival Pencak Silat yang ke sembilan kalinya digelar dan bekerjasama dengan IPSI Jabar, para peserta bisa meningkatkan dan mengembangkan kemampuan atraksinya. Katanya, pencak silat bukan sekadar cabang olahraga asli Indonesia, tapi juga mengandung unsur kebudayaan Sunda.

“Dalam melestarikan budaya bangsa kita khususnya pencak silat sebagai budaya warisan bangsa dan budaya Sunda. Tentunya siapa lagi yang akan melestarikan pencak silat kalau bukan orang Sunda. Maka dari itu kita bersama senantiasa mendukung program pemerintah, dalam membina dan mengembangkan cabor ini,” tandasnya.

Sementara itu, Kabid Pembudayaan Olahraga Dispora Jabar, Dadang Ronda, mengatakan, Festival Pecak Silat ini diselenggarakan ujungnya adalah menuju Jabar Juara Lahir Bathin. ”Festival ini secara tidak langsung menjadi ajang silaturahmi para sesepuh ‘paguron’ se-Jabar,” ujar Dadang Ronda.

Selain itu, menurut Dadang Ronda, Festival Pecak Silat juga menjadi ajang uji aktualisasi  peserta. ”Terlebih adalah sebagai paramater bagi kami bahwa seni Pencak Silat sangat kokoh dipelihara di tatar Jawa Barat ini. Pemprov jabar mengapresiasi melalui festival tahunan seperti ini, hotel berbintang pula,” pungkas Dadang Ronda.

(fid/adv/radarbandung.id)