RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Para pemuda harus membekali diri dengan kemampuan di berbagai bidang keilmuan termasuk teknologi. Namun, semua itu tidak akan lengkap tanpa penguatan nilai religius dan kebangsaan.
Hal itu disampaikan anggota MPR RI, Ledia Hanifa Amaliah, saat melaksanakan Sosialisasi 4 Pilar MPRI RI di Hotel Mercure Bandung, Minggu 9 Februari 2020. Kegiatan tersebut diikuti pegiat Komunitas Senam Nusantara, pegiat Relawan Indonesia, dan aktivis Ormas Kepemudaan Kepanduan di Kota Bandung.
Menurutnya, wawasan kebangsaan tidak hanya sebatas melihat kembali sejarah atau memaknai kata. Lebih dari itu, nilai ideologi ini harus bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ia mengingatkan kepada para peserta yang didominasi pemuda terkait peluang, tantangan, sekaligus ancaman masa depan bangsa Indonesia. Ketika lengah dan lemah dalam nilai kebangsaan, maka anak muda hanya akan bisa melihat sebatas perebutan kekuasaan.
“Dikuasai secara teknologi, secara ekonomi, bahkan mungkin secara fisik alam yang dikeruk dan dihabiskan. Di sinilah peran pemuda sebagai pelopor pembela bangsa dan negara diperlukan dengan bekal ilmu pengetahuan, teknologi, nilai-nilai religius dan, nilai-nilai kebangsaan,” paparnya.
Menurut dia, ilmu pengetahuan dan teknologi hanya alat. Arah menuju kebaikan atau keburukannya bergantung pada manusianya. Nilai religius dan kebangsaan yang kuat tentu akan mengarahkan semua keahlian yang dimiliki pada tujuan bernegara sesuai arahan para founding fathers dan para pahlawan negeri ini.
“Dengan demikian bangsa Indonesia bisa maju dengan tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokalnya,” ujarnya.
Melekatkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam implemenasi keseharian bisa berbeda cara dalam setiap masa dan generasi. Caranya tidak lagi dengan mengangkat senjata seperti jaman penjajahan dulu.
Implementasi yang dapat dilakukan, di antaranya mencintai produk Indonesia, mengutamakan belanja dari UMKM Indonesia, mendukung perkembangan produk kreatif lokal, bersemangat mengunjungi dan merawat destinasi wisata dalam negeri, menggerakkan komunitas-komunitas kebersamaan, termasuk menghilangkan bibit-bibit perpecahan bangsa yang kerap dimulai dari lintasan pesan media sosial.
“Sepertinya sederhana, tetapi justru itu adalah salah satu upaya yang bisa mulai dilakukan para pemuda untuk menumbuhkan semangat bela bangsa, bela negara, dengan bersatu dan bergerak bersama-sama mencintai negeri ini,” pungkasnya.