RADARBANDUNG.id, Tingkat kematian dari penyakit tidak menular terhadap usia produktif mengalami peningkatan signifikan. Salah satu penyebab utamanya adalah gaya hidup yang tidak sehat.
Berdasarkan laporan WHO tahun 2018, penyakit tidak menular membunuh 41 juta orang setiap tahunnya atau setara 71 persen dari semua kematian secara global. Setiap tahun, 15 juta orang yang berusia 30 sampai 69 tahun meninggal karena penyakit ini.
Lalu, lebih dari 85 persen kematian tersebut terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Adapun yang termasuk jenis penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskular (serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (penyakit paru obstruktif kronis dan asma), dan diabetes.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, penyakit tidak menular, seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan hipertensi mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013.
Prevalensi kanker naik dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen dan prevalensi stroke menjadi 10,9 persen dari 7 persen. Penyakit ginjal kronik naik 2 persen menjadi 3,8 persen. Diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen serta hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 31,4 persen.
Berdasarkan data tersebut, perlu konsep pengurangan risiko atau harm reduction sebagai salah satu solusi tambahan untuk mengurangi masalah penyakit tidak menular ini.
Hal tersebut dibahas oleh para peneliti, dokter, ilmuwan, dan berbagai pemangku kepentingan dari seluruh dunia dalam International Conference on Harm Reduction in Non-Communicable Diseases di Paris, Prancis pada 2-3 Februari 2020 lalu.
Ahli Toksikologi dari Universitas Airlangga, Shoi’m Hidayat memaparkan cara mengurangi risiko penyakit tidak menular yang menjadi pembahasan kunci dalam konferensi tersebut. Pasalnya, penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada penderita yang berusia di bawah 60 tahun atau kategori usia produktif.
“Sekarang yang perlu dicari jalan keluarnya adalah bagaimana menurunkan risiko terkait penyakit tidak menular ini. Perlu diketahui juga kalau penyakit tidak menular lazimnya bersifar kronik, bukan akut,” kata dia melalui siaran pers yang diterima, Selasa (11/2/2020).
“Dulu, banyak penderita penyakit menular yang menyebabkan kematian, terutama di Indonesia. Sekarang, karena bergesernya gaya hidup, yang jadi problem adalah penyakit tidak menular,” ia melanjutkan.
Dalam konferensi itu pun dijelaskan bahwa penyakit tidak menular menciptakan ancaman besar bagi perekonomian negara yaitu peningkatan biaya perawatan pasien dan peningkatan rasio ketergantungan.
Untuk itu, ia menyarankan tiga poin penting. Pertama, keperluan untuk mengadopsi investasi dalam kebijakan kesehatan dengan membiayai pendidikan kesehatan dan pencegahan primer. Kedua, mengadopsi pendekatan baru termasuk pendekatan pengurangan dampak risiko. Ketiga, mencari sumber keuangan tambahan, termasuk pembiayaan swasta.