RADARBANDUNG.id, SOREANG – Dinas Pertanian Kabupaten Bandung ungkap banyak pedagang hewan di Kabupaten Bandung yang tidak melibatkan tim kesehatan hewan. Hal tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri mengingat ada beberapa kasus anthrax di beberapa wilayah Indonesia.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengaku sudah menurukan tim kesehatan hewan (Keswan), yang bertugas melakukan pengawasan di tiap perbatasan wilayah dan beberapa sentra pemotongan. Keswan tersebut bertugas langsung mengawasi hewan ternak di lapangan.
“Transaksinya liar, tidak ada laporan. Apalagi nanti saat masuk bulan kurban. Jual beli hewan ternak sangat dinamis dan marak. Ini yang diantisipasi. Makanya perlu kewaspadaan dari petugas keswan dan penyuluh pertanian di lapangan,” ungkap Tisna di Soreang, Kamis (13/2).
Pedagan hewan harus segera melaporkan kepada petugas dokter hewan ketika menemukan sapi terindikasi terjangkit virus antrhax. Semuanya bisa dilihat secara kasat mata dengan ciri-ciri hewan kurang nafsu makan, mencret, atau letih kurang agresif, termasuk dalam lingkaran yang harus diwaspadai.
“Pedagang atau peternak harus langsung lapor ke dokter hewan atau keswan,” tegas Tisna.
Meski dalam beberapa tahun terakhir kasus anthrax tak pernah ada di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung turut mewaspadai dan mengantisipasi penyebaran penyakit antrak tersebut. Terlebih lagi, terdapat kasus kematian sapi mendadak akibat diduga mengidap penyakit Antraks di sejumlah wilayah di Indonesia.
“Antisipasi penyebaran Antraks dilakukan dengan dua cara. Pertama, antisipasi di kelompok pedagang atau peternak. Kedua, antisipasi perdagangan sapi antar pulau. Ini sudah sesuai arahan dari Pemprov Jabar. Semua kota/kabupaten kompak mengantisipasi dan mengawasi masuknya hewan ternak dari luar pulau,” jelas Tisna.
Dinas Pertanian Kabupaten Bandung sendiri dua tahun lalu sudah membekali para penyuluh pertanian dengan ilmu peternakan praktis. Sehingga, penyuluh pertanian dan keswan menjadi garda terdepan dalam mengantisipasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Antrachis itu.
“Nah selama beberapa tahun ini, atau sudah lama sekali kami tidak pernah mendapat laporan adanya Antraks. Artinya di Kabupaten Bandung nol kasus,” ujar Tisna.
Tisna menjelaskan bahwa antraks bisa menular ke manusia lewat mengonsumsi daging. Antraks juga dinilai sebagai penyakit yang cukup berbahaya jika menular ke manusia. Sebab, penderita Antraks bisa meninggal.
“Maka perlu memang adanya pencegahan dini. Alhamdulillahnya pedagang di Kabupaten Bandung sudah pintar dan berpengalaman. Tapi tetap saya imbau untuk segera lapor kalau memang ada kecurigan adanya sapi terpapar Antraks,” pungkas Tisna.
(fik/b)