BANDUNG – Pelatih Persib Bandung, Robert Alberts, menyoroti kondisi rumput Stadion Si Jalak Harupat, usai timnya beruji tanding dengan Barito Putera pada Selasa (11/2). Pelatih berkebangsaan Belanda itu mengaku kecewa dengan kualitas rumput Stadion Si Jalak Harupat yang buruk.
Padahal, Persib mulai jarang berkegiatan di stadion berkapasitas 27.000 kursi itu. Sebelum beruji tanding dengan Barito Putera, Persib menggunakan Stadion Si Jalak Harupat ketika memainkan laga persahabatan dengan Melaka United pada 1 Februari lalu.
Selain bertanding, klub berjulukan Maung Bandung itu juga berlatih di Stadion Si Jalak Harupat. Namun, setelah kompetisi berakhir, Persib sudah hampir tidak pernah lagi berlatih di sana.
Pada pramusim 2020, Persib lebih sering berlatih di Stadion Arcamanik atau Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Persib menggunakan Stadion Si Jalak Harupat ketika mereka bertanding.
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas rumput stadion. Sebab, rumput stadion akan mengalami kerusakan bila terlalu sering digunakan. Akan tetapi, menurut Robert, yang terjadi justru sama saja. Hal tersebut yang kemudian membuat Robert agak sedikit kecewa.
“Bagaimana mengatakannya supaya tidak ada yang merasa dikritik, karena orang-orang sangat sensitif soal hal ini,” kata Robert. “Secara pribadi saya sangat terkejut karena kondisi dari lapangan sangat buruk saat kami mengakhiri kompetisi musim lalu dan itu tentu bukan hal yang positif,” ungkap dia.
Robert melanjutkan, kondisi pengelolaan stadion di Indonesia dan Eropa berbeda. Di Eropa, stadion dikelola oleh klub sehingga tidak sembarangan orang bisa menggunakannya. Oleh karena itu, rumput stadion akan selalu berada dalam kondisi terbaik ketika sang empunya lapangan bertanding. Sementara di Indonesia, stadion di kelola oleh pemerintah, yang membuatnya menjadi ranah publik. Sehingga, stadion bisa digunakan oleh banyak pihak.
“Di Eropa, setiap klub mempunyai stadion sendiri jadi sudah menjadi tanggung jawab mereka supaya ketika bertanding, lapangan dalam kondisi terbaik,” ungkap Robert. “Akan tetapi, kami juga paham bahwa situasi di Indonesia berbeda, seperti di Bandung, pemerintah yang menjadi pengelola stadion dan kami harus bersepakat dengan itu,”tegas dia.
Meski begitu, Robert cukup menyayangkan kondisi tersebut. Pasalnya dalam sepak bola profesional, infrastruktur menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Klub harus bisa bermain dalam kondisi lapangan yang baik saat bertanding.
“Sekali lagi, sangat disayangkan karena di sepak bola profesional, pertandingan seharusnya dimainkan di lapangan dengan kondisi terbaik,” tegas Robert.
Sementara, pihak pengelola Stadion Si Jalak Harupat, menyatakan stadion tersebut sudah siap untuk menggelar pertandingan di kompetisi Liga 1. Menurut UPTD Stadion Si Jalak Harupat, Mulyana, PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi sudah melakukan inspeksi terkait kelayakan stadion untuk kompetisi. Dikatakan Mulyana, inspeksi akan kembali dilakukan pada 17 Februari mendatang.
“Nanti insya Allah tanggal 17 akan ada pemeriksaan lagi dari pihak LIB. Kami sudah siap ya, karena memang sudah sesuai dengan standar AFC,” terang Mulyana.
Mulyana menambahkan, untuk kondisi lapangan dan fasilitas penunjang stadion lainnya sudah cukup representatif. Mulyana pun mengaku pihaknya akan sangat terbuka bila Persib memang ingin menggunakan Stadion Si Jalak Harupat untuk bertanding.
“Sudah siap, tidak ada masalah dari segi lapangan atau fasilitas pendukung seperti kamar ganti dan lainnya,” ungkap dia. (pra)