Oleh: Indira Bellanian
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Corona Virus Diseases (Covid-19), menjadi momok menakutkan bagi seluruh negara di berbagai penjuru dunia. Tidak hanya menakutkan, tetapi virus ini juga mematikan.
Terbukti, Virus Covid-19 yang pada 11 Maret 2020 juga telah ditetapkan World Health Organization (WHO) sebagai pandemic global telah mencatatkan jumlah pasien mencapai 2.666.440 jiwa pada 23 April 2020, dengan jumlah kematian mencapai 186.150 dan kesembuhan 730.907 jiwa di dunia.
Kekhawatiran tak hanya terjadi di negara-negara luar, melainkan juga di Indonesia. Sebab, jumlah orang yang terinfeksi telah mencapai 7.775 jiwa dengan kesembuhan 960 dan kasus kematian 647 jiwa, dikutip dari laman info worldometers.
Saat ini, Covid-19 pun menjadi bahan perbincangan khalayak ramai. Di antaranya terkait pertanyaan seputar penanganannya, guna memperkecil penyebaran dan melandaikan kurva.
Pemerintah pusat bahkan pemerintahan daerah sudah melakukan berbagai cara untuk memperkecil angka infeksi, bahkan kematian akibat virus ini.
Tindakan yang diberikan pemerintah pusat adalah dengan membuat kebijakan Work From Home (WFH) dan salah satu kebijakan pemerintah pusat baru baru ini adalah pelarangan mudik yang ditujukan untuk seluruh warga Indonesia.
Selain itu, beberapa kota pun sudah menerapkan kebijakan yang unggul dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan tercatat sudah kurang lebih 20 wilayah yang menerapkan kebijakan ini.
Namun, kebijakan pemerintah tentu saja tidak cukup dalam menangani kasus besar seperti ini! Partisipasi kita sebagai warga juga seharusnya dapat dilakukan secara maksimal dengan menaati peraturan dari kebijakan yang telah ditetapkan.
Pemikiran untuk memimpin bukan hanya harus diterapkan wakil-wakil atau yang memiliki otoritas negara saja, akan tetapi kita juga sebagai masing-masing individu harus mempunyai jiwa kepemimpinan.
Jiwa kepemimpinan yang bukan hanya untuk memimpin komunitas yang besar, namun juga memimpin diri sendiri diperlukan agar berada di tempat yang benar, kondisi yang benar, dengan cara yang benar.
Alangkah baiknya kita sebagai masyarakat yang tidak berkepentingan untuk bekerja atau beraktivitas di luar untuk diam di rumah sesuai kebijakan dan tidak menantang maut, karena dibalik ada tenaga-tenaga medis, relawan dan sebagian orang baik dalam penanganan wabah ini sudah mempertaruhkan nyawa dengan berhadapan setiap detiknya dengan virus ini.
Pemerintah sudah menggelontorkan banyak biaya untuk wabah ini dan seharusnya kita sebagai masyarakatnya tidak menghamburkan kesempatan tersebut dengan perilaku yang tidak berdisiplin.
Selain itu, kesempatan-kesempatan menghabiskan banyak waktu di rumah membuat masyarakat gemar bermain gadget dan menggunakan social media. Karena itu, memimpin diri sendiri dalam menyerukan gagasan yang baik dan benar pun seharusnya diterapkan.
Dalam social media sebaiknya menyebarkan berita-berita yang baik, seperti memberikan tips cara pencegahan yang baik untuk diri dan keluarga, memberikan kisah kisah perjuangan ada tenaga-tenaga medis, ataupun motivasi-motivasi di tengah wabah yang memilukan ini.
Dan tidak menyebarkan ujaran kebencian akan kinerja pemerintahan, satu orang, kelompok, etnis dan daerah tertentu yang terkait ataupun memberikan informasi-informasi yang dapat membuat kegelisahan masyarakat.
Informasi yang baik dan akurat seharusnya kita dapatkan dari sumber-sumber yang terpercaya, ditakutkan ketidaktahuan dapat menyebabkan penyelewengan. Dengan menjaga diri sendiri kita dapat sekalian juga menjaga keluarga dan negara kita.
Jadi, sebaiknya kita melakukan langkah-langkah yang dapat kita jadikan acuan untuk dapat terhindar dari virus mengerikan ini dengan mencuci tangan, menggunakan masker, berjaga jarak dan menghindari kerumunan yang ramai ini adalah kunci yang sangat penting.
Selain itu menjaga imun tubuh juga sangat diperlukan, dengan memakan makanan yang bergizi, berolahraga dan mengubah pola pikir yang negatif menjadi pemikiran yang positif.
Pemikiran yang negatif sangat mempengaruhi imun tubuh karena informasi mengatakan bahwa, pasien terlama Covid-19 tidak hanya mengalami sakit fisik saja, namun juga psikis, dikutip dari laman CNN Indonesia.
Karena itu, menjaga pikiran agar tetap positif pun mesti kita lakukan dengan cara kita dapat mereduksi kecemasan kita dan mencari aktivitas-aktivitas yang positif selama di rumah.
Cara agar dapat memimpin diri sendiri adalah dengan dapat menganalisa situasi wabah ini dan merajutnya dengan perilaku yang baik dan benar. Dari sini kita dapat mempengaruhi orang orang di sekitar kita dan dibawa menggunakan kualitas yang baik, tidak perlu memiliki otoritas karena hakikatnya sifat alamiah setiap insan adalah menjadi seorang pemimpin.
Lakukan kebijakan pemerintah dengan baik, atur diri agar kita senantiasa berpartisipasi dalam penyelamatan.
(*)