News

Melukis dalam Pameran Daring ‘Potret: Tak Kenal Maka Tak Sayang’

Radar Bandung - 28/04/2020, 11:04 WIB
Ali Yusuf
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Melukis dalam Pameran Daring ‘Potret: Tak Kenal Maka Tak Sayang’
Karya seni lukis pada pameran bertajuk "Potret: Tak Kenal Maka Tak Sayang" yang digelar secara daring, mengingat kondisi di tengah pandemi Covid-19.

Melukis dalam Pameran Daring ‘Potret: Tak Kenal Maka Tak Sayang’

RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Berlangsung secara daring, pameran ‘Potret: Tak Kenal Maka Tak Sayang’, menghadirkan ragam potret dalam gambar yang terpajang.

Dua seniman asal Jawa Barat, Jamil Supriatna dan Toni Antonius menginisiasi pameran daring di Galeri Orbital Dago, 20 April-30 Mei 2020.

Potret dalam tradisi seni lukis terutama seni lukis modern (Barat) merupakan subyek yang tidak pernah berhenti untuk digali.

Ada banyak wacana mengenai praktik melukis maupun membuat potret yang dicatat para ahli, mulai dari patung batu hingga fotografi yang klasik sampai hari ini.

Dalam kehidupan sehari-hari, potret sudah bukan lagi menjadi hal yang tabu, bahkan terkesan membludak. Terutama yang dihasilkan oleh fotografi digital dan disebarkan melalui media sosial.

Meneropong praktik seni lukis potret dari zaman ke zaman, Jamil dan Toni menghadirkan seni potret yang masing mengambil potret diri berbeda pada setiap karyanya.

Jamil Supriatna menghadirkan berbagai potret orang dari kalangan seniman atau tokoh-tokoh dunia seni di Bandung, yang dia kenal atau tidak sama sekali.

Pada karyanya kali ini, Jamil bercerita kalau dia mendapat tawaran dari seorang kurator yang mengapresiasi karya seni lukis potretnya untuk ditampilkan dalam sebuah pameran.

Jamil melukiskan potret tersebut dengan kecenderungan ekspresif, tidak mengikuti kaidah melukis realistik, sehingga terjadi distorsi di sana-sini. Hasilnya, ada 95 potret diri yang dia ambil dari foto-foto yang dikirim oleh sang kurator.

“Hasilnya berbeda-beda. Saya gak bisa membuatnya sama dengan kekhasan atau identitas orang yang dilukis. Hasilnya ada yang mirip, hampir mirip, atau yang sama sekali tidak dikenali,” kata Jamil, Senin (27/4).

Meski tidak 100 persen, Jamil membubuhkan setiap nama tersebut disetiap kanvas. Pembubuhan nama di atas kanvas justru membuat lukisannya menjadi terasa penuh humor karena seperti menandai suatu peribahasa ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang’.

Beberapa nama yang tampak familier pada seni lukis potret Jamil, seperti John Martono, Aaron Seto, Ade Darmawan, Andarmanik, Cinanti Astria, Ciputra (alm), Dikdik Sayahdikumulah dan masih banyak lagi. Karya Jamil merefleksikan bahwa mengenali subjek dalam melukis potret itu bisa penting atau tidak.

“Orang yang saya kenali secara dekat atau kagum tentunya sering diingat, sehingga saya bisa menangkap penuh citranya. Sedangkan orang-orang yang tidak pernah saya temui atau kenal benar, hanya tau dari sekilas dari layar ponsel ya dikerjakan sekenanya dan sering juga melenceng,” jelasnya.

Jamil Supriatna, pria kelahiran Bogor, 60 tahun silam ini mengawali karirnya sebagai seniman lukis ketika tinggal di Pulau Dewata, Bali. Dia semula dikenal sebagai pelukis naif yang banting setir jadi pelukis potret. Katanya, seni potret tidak sengaja dia pelajari sejak dua tahun lalu, tepatnya ketika berlangsungnya gelaran Bdg Connect. 2018.

Berbeda dengan Jamil, seniman Toni Antonius memiliki lukisan dengan kecenderungan foto-realis dan menggunakan logika kolase atau seperti potongan-potongan foto yang ditempel atau kadang menumpuk.

Toni melukis potret tokoh-tokoh seni rupa kontemporer Barat, seperti Lucian Freud, Jeff Koons, Chuck Close, dan Francis Bacon dengan berbagai gaya dan latar karya-karya lukisan mereka.

“Selain melukis potret, saya juga suka kolase. Makanya disini saya mengkombinasikan potret diri dan kolase. Penyelesaiannya pun dilakukan dengan digital, jadi scan dan printing,” kata Jamil.

Sebagai penikmat, Toni menyebut karya miliknya akan kurang familiar di mata penikmat seni. Pasalnya dia benar-benar menggabungkan potret diri dan seni kolase yang dia perbesar. Toni mampu menghampiri setiap karya mereka, seolah memindainya, dan menyusun kembali secara imajiner.

Tetapi kalau dilihat lebih dekat, akan tampak seseorang yang dia sembunyikan pada setiap tempelan gambar.

Lukisan potret dengan topeng ini menandai bahwa ada juga identitas yang loyang atau laten dalam suatu jati-diri, terutama ketika berhadapan dengan politik identitas yang selalu terjadi di Indonesia.

Toni Antonius mengawali karirnya sebagai seniman di tahun 2009 saat menggagas gelaran pertama Internasional Mail Art Exhibition, Sanggar Olah Seni, Bandung. Untuk membuat satu buah karyanya, dia membutuhkan waktu satu bulan karena ornamen detail dari tempelan-tempelan gambar yang harus dia perhatikan.

Pameran ‘Potret: Tak Kenal Maka Tak Sayang’ dilakukan secara daring melalui akun Instagram @orbitaldago dan website resmi di www[dot]Orbital Dago[dot]com.

(fid)


Terkait Paris Van Java
Blackbox Holiday Multiverse Hadirkan Pengalaman Sensorik yang Menyenangkan
Paris Van Java
Blackbox Holiday Multiverse Hadirkan Pengalaman Sensorik yang Menyenangkan

RADARBANDUNG.id – Braga City Walk Bandung menjadi tempat pameran yang menjanjikan pengalaman visual, audioz dan sensori mendalam bertajuk ‘Black Box-Holiday Multiverse’. Kegiatan tersebut digelar oleh Avatara Lintas Media, Videre, dan Argo Visual mulai 21 Desember 2023 sampai 20 Februari 2024. Pameran ini menampilkan berbagai zona dan instalasi seni yang merangsang visual, pengalaman audio yang imersif, […]

Timezone Hadirkan NextGen Experience  dengan Venue Terluas dan Social Bowling Pertama di Bandung
Paris Van Java
Timezone Hadirkan NextGen Experience dengan Venue Terluas dan Social Bowling Pertama di Bandung

RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Hadir sebagai venue Timezone terluas di Bandung dengan 1,518 meter persegi, Timezone Paris Van Java siap menawarkan NextGen experience menjadi pusat hiburan keluarga nomor 1 di Bandung. Timezone Paris Van Java memiliki lebih dari 100 mesin permainan yang didukung teknologi canggih, VR Magic UFO, Need For Speed Heat Take Down, Pump it […]

Penulis Novel Autobiografi  Jais Darga Namaku, Ahda Imran Membuat Novel Dokumentasi Malah Laris di Pasaran
Paris Van Java
Penulis Novel Autobiografi Jais Darga Namaku, Ahda Imran Membuat Novel Dokumentasi Malah Laris di Pasaran

RADARBANDUNG.ID – Menuangkan persepsi pribadi terhadap seseorang kedalam bentuk buku biografi, Ahda Imran memilih prosa sebagai bentuk karya tulisnya. Dengan mengandalkan pengetahuan mendalam terhadap Jais Darga sebagai tokoh utama, Ahda menuliskan novel autobiografi berjudul ‘Jais Darga Namaku’ yang dirilis pada 2018. Di mata Ahda, Jais Darga bukan hanya perempuan  pertama yang memiliki galeri seni, melainkan […]

Belajar Alat Musik dan Melukis Warnai Liburan Sekolah di The Papandayan
Paris Van Java
Belajar Alat Musik dan Melukis Warnai Liburan Sekolah di The Papandayan

RADARBANDUNG.id- Bandung merupakan salah satu kota dengan suasana yang sejuk dan udara yang segar, sangat cocok dijadikan destinasi liburan sekolah untuk dikunjungi bersama keluarga. Dalam menyambut liburan sekolah The Papandayan menawarkan paket menginap “School Break Package”, dengan harga mulai dari Rp. 1.280.000 nett/kamar/malam untuk menginap di tipe kamar The Classic. Paket termasuk sarapan untuk dua […]

location_on Mendapatkan lokasi...
RadarBandung AI Radar Bandung Jelajahi fitur berita terbaru dengan AI
👋 Cobalah demo eksperimental yang menampilkan fitur AI terkini dari Radar Bandung.