Oleh: Yana Mulyana, Wakil Walikota Bandung
ASSALAMUALAIKUM. Dalam beberapa bulan terakhir, umat manusia diuji pandemi covid-19, yang secara nyata melemahkan sendi-sendi kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Dari aspek sosial, interaksi antar manusia harus berjarak secara fisik.
Hampir tidak ada lagi musafahah atau berjabat tangan, rangkulan hangat untuk orang terdekat, dan tidak ada lagi kerumunan karena dipercaya menjadi medium penyebaran virus corona.
Dari aspek budaya, pola komunikasi cenderung bergeser dari tatap muka menjadi komunikasi dengan memanfaatkan teknologi. Maka pembicaraan tentang keluarga, bisnis, profesi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya menggunakan hp atau komputer.
Masyarakat juga cenderung lebih menyadari pentingnya kesehatan seperti mulai membiasakan diri mencuci tangan setelah melaksanakan berbagai aktivitas, berolahraga, dan makan makanan bergizi.
Dari aspek ekonomi, banyak kantor atau pabrik tutup, transportasi umum lumpuh, pasar-pasar dibatasi, dan PHK di mana-mana. Daya beli berkurang dan jumlah warga miskin pun bertambah secara signifikan.
Bagi orang beriman fenomena ini merupakan ujian yang diisyaratkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 155 : “dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Pada surat lain dijelaskan: “dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Q.S. Muhammad : 31).
Oleh karena itu bersabar pun merupakan ikhtiar untuk lulus dari ujian pandemi covid-19, sebagaimana dijelaskan surat Al Baqarah ayat 45: “jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu”.
Sebagai ujian, tentu tidak mudah melalui masa-masa sulit pandemi corona, sehingga sabar harus disertai berbagai ikhtiar, antara lain meniru orang-orang yang diberi ujian seperti diriwayatkan dalam surat Al Kahfi, yakni tentang ujian keimanan dengan memperkokoh perkawanan saat menghadapi cobaan (ayat 28), pemahaman tentang dunia yang hanya sementara (ayat 45), serta kerendahan hati dan ketulusan.
Kita juga bisa mencotoh Nabi Ayyub A.S., yang sabar menghadapi penyakit (QS. Al-Anbiyaa: 83-84). Atau mengadopsi cara-cara yang dilakukan bangsa-bangsa yang berhasil menekan wabah seperti Korea Selatan, Jepang, China, dan Taiwan.
Keberhasilan mereka antara lain ditunjukkan dengan kedisiplinan tinggal di rumah saat wabah berlangsung, memberi ruang yang lebih luas bagi tenaga medis untuk melaksanakan tugasnya, tidak terlibat dalam penyebaran berita palsu, serta memupuk solidaritas antar warga dengan menjadi relawan atau donatur untuk membantu warga yang membutuhkan.
Kita juga harus yakin bahwa Allah tidak akan menurunkan penyakit jika tidak ada obatnya atau jika manusia tidak mampu mengatasinya, seperti dijelaskan dalam al qur’an, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya…” (QS. Al-baqarah: 286).
Dengan bersabar, kita mendapat dua kebaikan sekaligus, yakni lepas dari pandemi corona dan insyaallah pahala yang berlipat, sesuai janji Allah: “sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-zumar: 10)
Di batas kota dijaga polisi, agar pemudik bisa dicegah.Berikhtiarlah mencari solusi.
Dan bersabar meraih berkah. Kita serius perangi corona,kalahkan lawan secara telak. Semoga selamat di dunia fana. Bahagia di akhirat kelak.
(*)