Main Layang-layang, Cara Warga Ngabuburit di Monumen Perjuangan Bandung
RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Sekitar 30 anak ngabuburit dengan cara bermain layang-layang di area Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Jalan Dipati Ukur, Kota Bandung.
Arif, siswa kelas 5 SD salah satunya yang selama Ramadan hampir setiap sore bermain layang-layang bersama teman-temannya.
Arif yang tinggal di sekitaran daerah Haur Mekar biasanya bermain mulai pukul 16.00 sore hingga menjelang waktu berbuka. “Hampir setiap sore saya main di sini sama teman-teman yang lain,” ujarnya.
Arif merasa bosan jika harus diam di rumah setiap hari. Ketika bermain layang-layang, menjalani puasa menjadi tidak terlalu terasa. “Seru aja ngabuburit di sini. Di rumah bosen,” ucapnya.
Tak hanya Arif dan anak kecil lainnya, orang dewasa pun tampak menerbangkan layang-layang.
Sejumlah penjual pelayng-layang juga tampak berjualan dengan membawa ratusan layang-layang dalam kantong-kantong besar.
Ali (48) misalnya, membawa 100 layangan setiap berjualan sore. Satu layang-layang dihargai Rp1.500. Namun, pandemi turut memengaruhi penjualan yang turun hingga 80 persen.
“Hampir setiap Ramadan selalu bermain di sini. Namun, pas wabah corona ada perbedaan. Lebih sepi, bahkan di awal Ramadan sempat tak ada yang bermain,” ujarnya.
“Karena corona jadi sepi, mau jual seratus aja sekarang susah. Tidak seperti tahun lalu,” imbuhnya.
Seorang pemain layang-layang senior Kota Bandung, Nana Wiharna alias Zippo (60) juga turut ngabuburit di sana.
Ia menyampaikan hal yang sama bahwa, pandemi Covid-19 berdampak pada aktivitas ngabuburit para pecinta layang-layang di Kota Bandung. Padahal, bermain layang-layang saat Ramadan sudah menjadi tradisi tahunan yang rutin berlangsung.
Meski masih pandemi dan merasa takut, Zippo tetap menerbangkan layang-layang. Selama bermain, ia mengaku tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Saya bermain sambil membawa handsanitizer dan mengenakan masker. Tapi kalau pake masker sambil main layangan suka malah sesak,” ujarnya sambil tertawa.
Zippo merupakan penggagas komunitas layang-layang-adu Awiligar dengan jumlah anggota sekitar 80 orang. Ia berharap pandemi segera usai.
“Banyak festival layang-layang yang tertunda karena corona. Yang terdekat sekitar Juni-Juli sebetulnya ada festival di Kota Bandung, namun belum tahu akan terlaksana atau tidak,” pungkasnya.
(muh)