Ragam Papan Skateboard Karya Lucky Widiantara
RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Menghadirkan ragam papan skateboard dan seluncur, brand papan skate dan seluncur, Lucas and Sons menggelar pameran.
Bertajuk ‘Fun Follows Function Follows Fun’, Lucas and Sons yang buat Lucky Widiantara berlangsung di Orbital Dago, 24 Juni-24 Juli.
Pameran tunggal Lucas dan Some terdiri dari rangkaian karya objek-objek gubahan skateboard dan papan seluncur, juga beberapa lukisan.
Gubahan artwork buatan Lucky, berangkat dan mencerminkan munculnya praktek artistik dari wilayah sub-culture di Bandung, khususnya.
Lucky menuturkan, desain-desain pada papan skateboard dan seluncur miliknya tidak lepas dari dimana bermunculan komunitas yang didasari kegiatan kesenangan atau hobi tertentu, misalnya modifikasi motor, motor punk dan lain sebagainya.
Kegiatan komunitas ini kemudian menjadi bentuk gaya hidup dan juga budaya khas, terutama menjadi bagian dari identitas budaya Kota Bandung yang kosmoplit.
Lebih jauh lagi, menurutnya, pada kegiatan komunitas ini mereka menciptakan suatu ekosistem baru, terutama dalam lingkup industri kreatif, seperti kemunculan para kreator yang mempunyai gerai atau pasar tersendiri.
Lucky memulai brand Lucas dan Son di tahun 2009, awalnya dia menjual di lingkungan teman-temannya.
Ketertarikannya pada papan skateboard dan seluncur dimulai sejak Lucky kuliah di Desain Produk Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung tahun 1994.
Lucky menerangkan, dia banyak belajar dari video di YouTube tentang cara membuat papan selancar yang kemudian dipasarkan melalui komunitas surfing yang berkembang di Bali hingga mancanegara, termasuk Amerika Serikat.
“Karena saya punya workshop sendiri akhirnya bisa bikin apa aja. Awalnya papan skateboard terus masuk ke papan selancar, sampai patung,” kata Lucky di Orbital Dago Jalan Rancakendal No. 7.
Di dalam dunia produksi papan selancar, signifikan papan Lucas and Son terletak pada grafis-grafisnya yang kerap kali menunjukkan kekentalan hubungan antar dunia surfing dan skateboard. Lucky menerapkan grafis atau lukisan yang mengapresiasi desain notable skateboard di atas papan selancar, sehingga nampak seperti papan skate berukuran raksasa.
“Karya-karya pada pameran ini mungkin mewakili kekaryaan saya dalam menggubah objek papan skate maupun surfing,” sambungnya.
Gubahan papan skateboardnya pun bermacam-macam, bermula dari eksplorasinya terhadap bentuk dasar skateboard hingga kemampuannta untuk mencetak papan-papan itu sendiri.
Ada yang hanya menerapkan gambar atau grafis-grafis di atas papannya, berbentuk botol datar bermerek minuman botol terkenal atau bentuk dengan gubahan tiga dimensi seperti papan yang melipat, melingkar, dan lain sebagainya.
Selain itu, pada salah satu karyanya, Lucky menggubah papan skateboard menjadi bentuk kuas besar, menggabungkan dengan papan surfing, membenamkan papan skate ke dalam bongkahan semen, memanfaatkan skateboard bekas menjadi badan gitar, atau membentuk patung robot seperti Transformer.
Tidak cuma papan skateboard dan seluncur, Lucky juga membuat lukisan di atas kanvas yang mengapropriasi lukisan klasik renaisans Michaelangelo ‘La Creazione di Adamo’ dengan sosok ikonik.
Kemudian, karya Francois Boucher ‘Cupids, Allegory of Poetry’ yang menggambarkan bayi malaikat sedang menulis disebuah papan skate.
Ada 20 papan skateboard dan seluncur yang dipajang di galeri Orbital Dago. Karya-karya papan skate dan seluncur Lucas and Sons pada pameran ini ikut menandai suatu perkembangan praktek dan wacana seni rupa di Bandung, bahkan Indonesia.
Terutama di lingkar luar perkembangan arus-utama seni rupa kontemporer, yang terus berkecambah bentuk-bentyk seni rupa dari ranah ‘seni rupa bawah’- dalam istilah kritikus Sanento Yuliman, atau disebut lowbrow.
(fid)