RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Sektor pertanian menjadi elemen penting yang kapasitasnya harus ditingkatkan saat perekonomian terganggu akibat pandemi Covid-19. Wilayah Jawa Barat dianggap potensial untuk melakukan pengembangan karena wilayahnya ditunjang sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang baik.
Hal ini dikemukakan oleh ekonom senior dan juga mantan menteri koordinator bidang perekonomian, Rizal Ramli dalam alam diskusi virtual bertajuk Ngopi (Ngobrol Perkembangan Terkini), Kamis (23/7/2020).
“Dunia termasuk Indonesia sangat membutuhkan sektor pertanian terutama pangan dan sayur-sayuran. Nah, Jabar sangat cocok mengembangkan bidang tersebut,” ujar Rizal Ramli.
Bila pemerintah fokus pada pertanian, maka hal itu bisa mengantisipasi adanya ancaman kelangkaan pangan. Hal ini didasarkan pada kebijakan beberapa negara negara eksportir komoditas seperti Vietnam dan Thailand yang mengurangi kuota ekspornya ke beberapa negara termasuk Indonesia.
“Jadi, ini saatnya pemerintah untuk lebih serius menggenjot produk pertanian agar kita terancam kelangkaan pangan,” tegas dia.
Fokus pada pengembangan sektor pertanian tidak berarti abai pada sektor industri. catatannya, saat sektor pertanian pesat dan efek pandemi Covid-19 mulai berkurang, Jabar bisa menggenjot bidang industri. Industri di Jabar sangat berpeluang besar karena berbatasan langsung dengan Jakarta dan Jabodetabek.
Ia menyarankan kepada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil segera bernegosiasi dengan pemerintah pusat untuk mendapatkan dana stimulan pengembangan pertanian. Selain itu, keberadaan akademisi dari kampus semacam Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad).bisa dimanfaatkan atau diajak kerjasama dalam hal pengembangan riset.
“Di Jabar banyak lahan. Jadi, fokus ciptakan stabilitas pangan. Riset di bidang pertanian perlu ditingkatkan karena Jabar memiliki banyak fakultas pertanian yang bagus,” terang dia.
“Lahan petani di Taiwan kecil tapi tinggi produktivitasnya tinggi. Pricingnya juga diatur oleh pemerintah dengan baik. Jadi kita jangan skeptis dengan keadaan. Jabar juga bisa,” ia melanjutkan.
Dalam diskusi tersebut ia pun membahas mengenai pertumbuhan industri nasional pada 2019 sebesar 5,04 persen yang tidak terpaut jauh dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 yang tumbuh 5,02 persen. Capaian itu dianggap tidak ideal.
Menurut dia, untuk memajukan sebuah negara, sejatinya industri harus tumbuh dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi. Misalnya, pertumbuhan ekonomi 6 persen maka industri harus 10-15 persen. Industri harus lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian artinya industri bisa menciptakan lapangan kerja lebih banyak, kemudian tingkat upah bisa naik dan produktivitas juga tinggi.
Pada medio 1980-an, Indonesia pernah berada pada posisi tersebut. Saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 6,5 persen. Sedangkan industrinya tumbuh dua digit sekitar 15-18 persen.
Sayangnya, kondisi itu tidak pernah lagi terjadi setidaknya dalam 5-6 tahun terakhir. Bahkan menurutnya, keadaan justru berbalik yaitu pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen, sedangkan industri tumbuh lebih lambat yaitu sekitar 3-4 persen.
Kondisi ini menurut Rizal menunjukkan bahwa industri Indonesia terutama manufacturing semakin tidak kompetitif. Bahkan kini sektor industri tidak bisa lagi diandalkan sebagai pencetak lapangan kerja. “Semakin lama semakin kecil, enggak bisa lagi jadi sumber penciptaan lapangan kerja formal. Makanya sekarang banyak tumbuh pekerja informal,” pungkas Rizal Ramli.
Di kesempatan lain, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa sektor pangan dan pertanian paling sedikit terdampak pandemi Covid-19 dengan persentase penurunan pertumbuhan ekonomi keduanya hanya 0,9 persen dari 4,1 persen. Sementara sektor yang paling terdampak perekonomiannya oleh pandemi global tersebut adalah sektor jasa dan manufaktur, dengan penurunan dari 7,2 persen menjadi 2,4 persen.
Maka dari itu, Pemerintah Daerah Provinsi Jabar akan memaksimalkan sektor pertanian dan ketahanan pangan sebagai salah satu unggulan Jabar di masa depan dengan pemanfaatan teknologi digital.
Dari sisi ketahanan pangan, target Jabar adalah swasembada dengan mengurangi impor secara bertahap. Perdagangan antar daerah juga akan lebih dikendalikan dengan tidak bergantung pada mekanisme pasar. Hal lainnya adalah pemasaran dan pengembangan pangan pun harus memanfaatkan digitalisasi. (dbs/muh)