Tekan Angka Perceraian, Kemenag Minta Warga Bandung Manfaatkan Bimbingan Pra-Nikah
RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Hingga bulan Agustus, berdasarkan data Pengadilan Agama (PA) Kota Bandung, perkara perceraian di Kota Bandung tercatat 532 kasus.
Angka itu tak jauh berbeda dengan Agustus tahun lalu yang juga terhitung sekitar 500-an kasus.
Kemenag Kota Bandung turut prihatin dengan kasus perceraian di Kota Bandung, apalagi terjadi saat pandemi Covid-19.
“Kami tentu turut prihatin. Meski (kasus perceraian) tidak terlalu naik tapi belum bisa diturunkan,” ujar Agus Saprudin, Humas Kemenag Kota Bandung.
Terkait ini, Agus menyampaikan, Kemenag sebenarnya telah mengeluarkan sejumlah program yang salah satu tujuannya menekan kasus perceraian. Salah satunya bimbingan pra-nikah.
Menurutnya, perceraian mungkin dapat ditekan jika calon pengantin punya kesiapan matang sebelum memutuskan menikah.
“Bagaimanapun kami memiliki konsen terkait ketahanan keluarga sakinah. Kita mengeluarkan berbagai program yang menyasar pembangunan ketahanan keluarga tersebut,” ungkapnya.
“Program itu misalnya berupa bimbingan pra-nikah. Artinya setiap calon pengantin diharuskan menjalani pembinaan pernikahan dengan materi yang beragam yang dianggap penting dipahami ketika akan menikah,” jelasnya.
“Setelah mengikuti program mereka akan mendapat sertifikat. Harapannya, melalui program tersebut tingkat perceraian khususnya di Kota Bandung bisa menurun,” tambahnya.
Agus menyatakan, persiapan pra-nikah penting untuk dibangun.
“Jadi, kami menyediakan layanan bimbingan konseling untuk para calon pengantin. Setiap akan menikah seharusnya mengikuti bimbingan konseling. Selain itu, kami bekersama dengan PKK tingkat kecamatan melakukan edukasi,” jelasnya.
Namun, diakuinya, belum banyak masyarakat yang memiliki kesadaran pentingnya bimbingan pra-nikah.
Baca Juga: Istri-Istri di Kota Bandung Banyak yang Minta Cerai ke Suami, ini Nih Gara-garanya
Masyarakat, masih banyak yang menikah tapi kurang memiliki kesiapan yang matang. Akhirnya, hal itu dapat memicu potensi masalah hingga berujung perceraian.
“Bimbingan pra-nikah itu sangat penting untuk mereka. Minimal, mendapat ilmu sebelum menjalani rumah tangga. Tapi mereka mungkin masih ada yang berpikiran gimana nanti, jalani saja dulu,” kata Agus.
Baca Juga: Wanita di Bandung Ini Bak Telan Pil Pahit, Harus Urus Perceraian Diusia Muda
“Sebagian besar calon pengantin ini tingkat kesadaran untuk mengikuti program pra-nikah masih kurang. Jadi mereka mungkin menganggap bahwa meski keluarga itu tidak ada sekolahnya, tapi mereka akan bisa menjalani dengan apa adanya,” ucapnya.
“Padahal sesungguhnya ketika mereka mengikuti kegiatan ini kita memberikan semacam rambu-rambu,” imbuhnya.