RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menggandeng perbankan untuk memajukan sektor pangan dan pertanian daerah melalui forum West Java Food and Agriculture (WJFA) Summit 2020.
Acara yang berlangsung di Hotel Savoy Homman Kota Bandung, Kamis (10/12/2020) tersebut diharapkan dapat menjadi forum berkala untuk membahas berbagai inovasi terkait ketahanan pangan Jabar.
-
Jabar defisit beberapa komoditas pangan strategis
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Herawanto mengatakan, berdasarkan hasil Kajian Necara Pangan Jabar, provinsi dengan 50 juta penduduk tersebut mengalami defisit beberapa komoditas pangan strategis. Terutama telur ayam ras, daging sapi, bawang putih, minyak goreng dan gula pasir.
Selain itu, ia mengatakan, Jabar juga merupakan pemasok pangan ke berbagai daerah lain, termasuk DKI Jakarta. Hal tersebut menyebabkan pasokan pangan Jabar yang terbatas masih harus ‘tersedot’ untuk daerah lain.
“Pelaku sektor pertanian pun masih dominan pelaku usaha 45-65 tahun ke atas. Oleh karena itu, penting untuk menggalang partisipasi milenial pada sektor pertanian sebagai langkah strategis untuk keberlangsungan pangan Jabar,” ujarnya.
Oleh karenanya, dalam WJFA Summit 2020, sebanyak 25 perusahaan bergabung dalam forum yang akan mempertemukan mereka pada produk-produk berbasis agraria Jabar.
Sehingga, harapannya para petani Jabar pada 2021 sudah dapat menjual hasil taninya dengan harga yang layak pada pembeli dengan tepat sasaran.
-
Sinergi forum dengan para petani milenial
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, forum tersebut juga akan bersinergi dengan para petani milenial.
Dalam program ini, Pemerintah Provinsi Jabar akan meminjamkan lahan-lahan milih pemerintah maupun BUMN untuk para milenial garap hingga dapat menghasilkan.
“Nanti akan kita seleksi anak-anak muda yang menguasai teknologi. Jadi pertaniannya mengedepankan science based,” ugkapnya dalam kesempatan yang sama.
Ridwan Kamil mengatakan, untuk mewujudkan hal tersebut, ia meminta WJFA Summit dapat menjadi forum rutin yang tujuannya menyiapkan Jabar menjadi provinsi mandiri pangan. Pasalnya, tahun depan Jabar berpotensi menghadapi krisis pangan.
“Karena ada indikasi yang mengarah ke sana. Jangan sampai Jabar krisis suplai pangan pada 2021,” ungkapnya.
Ia mengharapkan, forum ini dapat menarik minat masyarakat, terutama kaum milenial untuk memanfaatkan lahan-lahan ‘nganggur’. Penjualan hasil tani pun tidak lagi secara konvensional sehingga ekspor dapat berjalan maksimal.
Baca Juga: Gandeng BI, Jabar Gelar West Java Food & Agriculture Summit 2020
Pada tahun depan, ia akan memfokuskan program tersebut untuk membangun kesadaran milienial akan pentingnya bertani. Sehingga, stigma bertani sebagai kegiatan yang tidak menghasilkan dapat terhapus.
“Kami tidak targetkan dulu kontribusi secara statistik pada 2021. Tahun depan adalah tahun kesadaran, bahwa kalau lulus universitas tidak usah ke Bandung atau Jakarta. Di desa bisa sejahtera sampai tiga kali lipat gaji UMR,” ungkapnya.
(*)