RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Peneliti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Arifin Nur menyampaikan, timnya tengah mengembangkan tungku pembakaran sampah atau rekayasa insinerator khusus untuk sampah infeksius Covid-19.
Ia sampaikan, saat pandemi Covid-19 yang masih berkembang serta meningkatnya pasien terkonfirmasi Covid-19 telah menyebabkan penumpukan sampah jenis baru dengan kategori infeksius seperti masker, APD dan sampah jenis lainnya.
-
Insinerator lebih ramah emisi
Sampah kategori jenis baru ini umumnya langsung dibuang ke tempat pembuangan sampah umum dan berakhir pada TPA.
Dalam hal ini, untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 ada tiga langkah yang pemerintah ambil, yakni pencegahan (3M, PSBB, karantina) dan pemulihan (post treatment terhadap pasien ataupun lingkungan).
Insinerator tersebut termasuk upaya pada tahap pemulihan.
Arifin mengklaim, insinerator tersebut lebih ramah emisi. Pasalnya, bahan bakarnya berbeda dengan insinerator pada umumnya.
“Produk yang beredar umumnya menggunakan bahan bakar solar atau biosolar (minyak diesel) sementara yang kami desain dan kembangkan ini berbahan bakar LPG, dengan pertimbangan saat ini lebih sulit membeli solar daripada LPG komersial tabung 3 kg, 5,5 kg ataupun 12 kg,” terang Arifin, Rabu (16/12/2020).
-
Berbahan bakar gas LPG
Insinerator tersebut, berbahan bakar gas LPG dengan dimensi 150 cm x 70 cm x 214 cm, berkapasitas maksimum 100 liter dengan rate pembakaran 70 liter/jam sampah.
Adapun, temperatur kerja incinerator dapat disetting sesuai kebutuhan mulai dari 300-900 derajat celsius berdaya listrik yang dibutuhkan sebesar 500 Watt.
“Insinerator ini menghasilkan emisi yang lebih bersih dari insinerator pada umumnya karena berbahan bakar gas LPG dan lebih cepat mencapai suhu kerja optimal,” tegas Arifin.
-
Pengembangan Insinerator untuk skala kecil
Arifin melanjutkan, pengembangan insinerator tersebut untuk skala kecil, seperti rumah atau puskesmas.
Insinerator tersebut harapannya bisa pabrik padat karya aplikasikan seperti perusahaan konveksi, rumah sakit kecil daerah maupun puskesmas.
Baca Juga: Si-Monic, Gelang Canggih Inovasi LIPI untuk Pantau Pergerakan Pasien Covid-19
Umumnya, sampai saat ini proses pembuangan sampahnya masih menggabungkan dengan sampah rumah tangga atau dengan cara mengubur dalam tanah.
Insinerator ini harapannya dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui media sampah medis dan memastikan sampah sudah bebas dari virus.
“Kami harap dengan hasil rekayasa ini, puskesmas, pabrik padat karya maupun warga setingkat RT/RW maupun permukiman dapat mengelola sampahnya secara mandiri sehingga dapat meminimalisir penyebaran virus sekaligus menekan penumpukan sampah pada TPA,” pungkasnya.
(muh)