RADARBANDUNG.id, BANDUNG — Bisnis industri fashion tetap potensial meningkat di tengah pandemi Covid-19. Salah satu brand asal Kota Bandung, Motzint Original bisa mendistribusikan 40 ribu produk setiap bulan ke hampir seluruh wilayah Indonesia.
Pemilik Motzint Origina, Gilang Permana Kencana (26) mengatakan industri fashion punya pangsa pasarnya yang luas. Dengan demikian, perlu beberapa strategi dan adaptasi sesuai dengan kondisi agar kinerja bisnis tetap terjaga.
“Karena fashion semua orang membutuhkan, pangsa pasarnya luas, dan barangnya gak cepat basi,” ujar Gilang.
Motzint Original fokus mengembangkan produk fashion pria, seperti jaket trucker, celana chino, dan kaos. Namun, produk yang paling dijagokan brand ini adalah celana cargo pendek dan panjang. Seiring berjalannya waktu, banyak konsumen perempuan yang bisa dijangkau.
Harga yang ditawarkan mulai dari Rp100.000 untuk produk celana, Rp80.000 untuk kemeja, Rp55.000 untuk kaos, dan Rp145.000 untuk jaket dengan kualitas premium.
Brand tersebut kini memiliki 15 orang yang mengurus pesanan daring dan 500 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk produksi, ia bisa mempekerjakan 40 penjahit.
Gilang dan timnya mampu memproduksi hingga 48.000 produk per bulan. Perinciannya, Celana 16.000 produk, kaos 20.000 produk, kemeja 8.000 produk, dan jaket 4.000 produk.
Ia membocorkan sejumlah rahasia dalam menjaga kinerja bisnis Motzint, di antaranya adalah rutin memberikan promo dan potongan besar 70 persen hingga 89 persen.
“Promonya dan diskon bisa per produk, double deals atau flash sale. Pada awal pertama kali kami mengadakan flash sale, produk terjual 1.000 buah hanya dalam beberapa jam saja,” kata dia.
Pemberian promo dan diskon tersebut tidak terlepas dari kondisi konsumen yang banyak kesulitan dengan kondisi pandemi. Gilang berencana di tahun ini mengalokasikan sebagian keuntungan untuk donasi kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Bantuannya bisa dikerjasamakan dengan lembaga penyalur bantuan, atau kami bisa saja situasional, misalnya bantuan diberikan kepada warga yang terkena bencana alam, bentuknya bisa uang atau barang. Mudah-mudahan bisa terealisasi,” ungkapnya.
Gilang yakin bahwa industri fashion masih bisa berkembang meski berada dalam situasi pandemi. Ia pun berharap banyak pengusaha khususnya anak muda yang memiliki optimisme serupa.
Dari pengalamannya, ada sejumlah hal yang menjadi kunci dalam beradaptasi. Beberapa di antaranya adalah menguasai ekosistem daring yang memiliki pasar lebih luas.
“Pelajari sistemnya, karena kan harus dipikirkan biaya iklan untuk promosi, konten dan lain sebagainya. Tentukan target market, harus tahu selera pasar dan perbanyak relasi. Poin terakhir, khusus anak muda kalu bisa harus punya mentor yang punya pengalaman,” terang dia.