RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Seabad lebih menjual aneka rempah dan jamu, Babah Kuya dapat bertahan di tengah modernisasi dunia kesehatan.
Menjadi toko jamu tertua di Kota Bandung, nama Babah Kuya tak lagi asing di telinga pelanggan setianya.
Datang dari berbagai kalangan, toko jamu Babah Kuya berupaya memenuhi kebutuhan kesehatan tubuh melalui racikan jamu sejak tahun 1838.
Ciri Khas Bangunan Toko Jamu Babah Kuya
Toko jamu Babah Kuya memiliki cat bangunan berwarna kuning. Ini menjadi ciri khas dari toko yang sudah dibangun sejak 1800-an. Letaknya berada di belakang Pasar Baru, Jalan Pasar Barat No. 44 Kota Bandung.
Di antara hiruk pikuk pasar tradisional, Babah Kuya masih ramai didatangi para pembeli. Mereka datang membeli racikan herbal atau jamu, bisa juga pesan satuan herbal yang dibutuhkan. Datang bak pasien, di sini segala jenis penyakit punya ramuan khusus.
Tan Han Yang atau Hendra merupakan generasi kelima yang kini mengelola toko. Dari balik meja kasir, Hendra cekatan menerima pesanan yang dibantu dua orang pekerjanya.
Konsultasi Kilat Pembeli
Terkadang Hendra juga menerima ‘konsultasi kilat’ dari pembeli; seputar pantangan makanan dan cara minum jamu yang sesuai.
“Hampir untuk semua penyakit ada (racikannya), bisa dibikin sesuai pesanan. Kalau orang datang dengan keluhan bisa sambil tanya-tanya,” kata Hendra, Minggu (14/3/2021).

Babah Kuya, Toko Jamu Tertua di Kota Bandung
Sebut saja diabetes, asam urat, maag, kolesterol tinggi, masalah kesuburan wanita hingga urat kejepit. Setiap resep herbal dari masing-masing penyakit seolah telah dihafal di luar kepala Hendra.
Ia mengatakan, kondisi toko jamu itu tak banyak berubah sejak satu abad lalu, kecuali bangunan yang diperluas. “Pendirinya Babah Kuya sekitar tahun 1838 kalau gak salah, Babah Kuya itu panggilan dari orang sekitar saja,” ungkapnya.
Baca Juga :