News

Indonesia Dipaksa Mundur, Pemain Turki Tetap Boleh Main di All England, Padahal Satu Pesawat

Radar Bandung - 18/03/2021, 12:29 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Ganda nomor satu dunia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo saat berlaga di All England 2021 (Badminton Photo )

RADARBANDUNG.id – TIM Indonesia dipaksa mundur dari All England 2021. Hal ini efek dari instruksi National Health Service (NHS) agar para pemain Indonesia tidak boleh keluar hotel. Tetapi harus menjalani karantina 10 hari.

NHS mengirimkan email kepada 20 dari 24 anggota tim Indonesia di Birmingham. Intinya memerintahkan mereka kembali ke hotel untuk menjalani isolasi sampai 23 Maret.

Tim Indonesia akan berada di Crowne Plaza Birmingham City Centre. NHS menjelaskan bahwa dalam pesawat yang mengangkut kontingen Indonesia dari Istanbul ke Birmingham (13/4), terdapat penumpang yang positif Covid-19.

Dalam email yang dikirim ke anggota tim Indonesia menjelaskan bahwa jika seseorang berada dalam satu penerbangan bersama orang yang positif Covid-19, maka orang itu harus menjalani masa isolasi 10 hari. Meskipun orang tersebut negatif Covid-19 berdasarkan tes terbaru.

Berdasarkan keterangan PP PBSI, empat nama yang tidak mendapatkan email agar menjalani karantina adalah pemain ganda putra Mohammad Ahsan, Irwansyah (asisten pelatih tunggal putra), Iwan Hermawan (kasubid sport science PP PBSI), dan Gilang (massuer).

Kondisi inilah yang memaksa tim Indonesia mundur dari All England 2021.

Pada sisi lain, pemain tunggal putri Turki Neslihan Yigit tidak dinyatakan WO. Meskipun ia berada satu pesawat dengan para pemain Indonesia. Kemungkinan besar, Yigit tidak mendapatkan email dari NHS untuk melakukan isolasi mandiri.

Hal yang masuk akal, bagi NHS, posisi Ahsan, Irwansyah, Iwan, dan Yigit tidak terlacak dekat dengan seseorang anonim yang positif Covid-19 itu.

Menurut Manajer Tim Nasional Indonesia di All England 2021 Ricky Subagja, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan panitia All England sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, hal ini sudah menjadi regulasi pemerintah Inggris.

“Hal ini merupakan kejadian luar biasa menyakitkan dan mengecewakan bagi kami semua,” kata Ricky dalam siaran pers PP PBSI.