RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pemaparan materi pada hari pertama Rakornas Perpusnas Bidang Perpustakaan tahun 2021, yang digelar secara virtual. Ia menekankan, bahwa pemerintah daerah terus mendorong lahirnya kesadaran membaca dan budaya literasi, melalui Undang-undang No.43 Tahun 2007 pasal 8, yang sudah mengatur mengenai kewajiban pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/ kota.
Kata Ganjar, kewajiban itu diantaranya menjamin penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan di daerah. Menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata. Menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan dan memfasilitasi penyelenggaraan perpustakaan di daerah.
“Provinsi Jawa Tengah menaruh beberapa prioritas yakni pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar, pemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusisosial, pemerataan layananpendidikan berkualitas, penguatan literasi untukkesejahteraan, Jateng literasi informasiterapan dan inklusif, juga pendampingan masyarakat untuk literasi informasi,” ujarnya.
Ganjar menjelaskan, Jawa Tengah juga giat dalam gerakan revolusi mental, untuk membangun jiwa merdeka menuju bangsa Indonesia yang besar, sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 tahun 2016, tentang gerakan nasional revolusi mental.
“Didalamnya terdapat beberapa pikiran pokok untuk membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern,” jelasnya.
Ia melihat perpustakaan hari ini memang sudah wajib tampil secara modern, karena kemajuan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan pengembanganperpustakaan merupakan tuntutan masyarakatsekaligus kebutuhan zaman.
“Mau tidak mau, kita pindah. Kita bergeser. Rasanya anak-anak sekarang lebih mudah dan lebih cepat, apalagi kita sedang pandemi. Mereka bisa belajar, main game dan belajar apapun dengan cepat. Anak-anak sekarang bisa menerobos kemana saja. Tugas kita adalah infrastruktur dan rancang bagunan harus kita siapkan,” tegasnya.
Jawa Tengah menjalankan strategi pembangunan perpustakaan melalui beberapa gerakan, antara lain dukungan kebijakan, mulai dari anggaran hingga tim sinergi. Selanjutnya, Ganjar membuat i-Jateng, juga optimalisasi media sosial sebagai media kampanye.
“Dinas-dinas di Jateng saya dorong untuk punya medsos, dan diusahan verivite, centang biru. Soal buku, kita sudah harus siapkan e-book, termasuk banyak aplikasi yang mengembangkan membaca buku tidak hanya di-scrol, tapi juga bisa membukanya per halaman, seperti membaca buku fisik,” paparnya.
Secara khusus pada masa pandemi ini, kata Ganjar, Jawa Tengah tak berhenti menyuarakan gerakan literasi dan budaya baca, tentu melalui saluran daring, melalui beberapa gerakan seperti Ruang Belajar Modern, kursus daring gratis yang diadakan oleh perpustakaan provinsi Jawa Tengah, juga membaca melalui i-jateng.
Hasil dari segala upaya dalam mendukung kegemaran membaca dan meningkatkan indeks literasi masyarakat Jawa Tengah ini adalah Jawa Tengah meraih angka yang cukup signifikan, baik secara online maupun ofline yang terhitung pada Desember 2020, mencapai 2.935.761 orang.
“Mengajak orang membaca itu butuh effort lebih, ketimbang mengajak mereka untuk menonton. Jadi walaupun indeksnya sedang, itu sudah cukup memuaskan,” tandasnya.