Organisasi itu juga menyatakan kesenjangan gender masih tinggi pada beberapa pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat dan dengan gaji yang tinggi pada masa depan, seperti di bidang ilmu komputer dan teknik atau engineering.
Hal tersebut dibenarkan Morrissa. dia berkata di dari 100 insinyur di Tesla hanya ada enam wanita.
“Di tempat saya ada enam orang dari 110 engineer dan dua produk manajer. Saya tidak tau statistik di luar atau di luar Tesla. Tapi 3-4 persen di otomotif mungkin sangat rendah,” ucap dia.
Moorissa tidak mengetahui pasti mengapa statistik perempuan yang terlibat dalam di dunia teknik, khususnya otomotif, terbilang masih sangat rendah. Namun ia berharap ada dukungan sehingga perempuan terus maju.
“Mungkin kurangnya role model di dunia dan memicu kesusahan untuk memotivasi di dunia teknologi ini khususnya otomotif,” katanya.
Ia berharap kepada semua orang dapat mengikuti kata hati untuk melakukan pekerjaan yang benar-benar diinginkan.
“Kepada perempuan atau laki-laki yang menekuni bidang apapun, jadi walau banyak orang yang mungkin tidak setuju atau pikir keputusan kita bukan terbaik, tapi kalau kita follow heart ya tidak mungkin nyesel,” kata Morrissa.
Pekerjaan Moorissa terinspirasi dari sang ayah
Perempuan kelahiran 1996 itu mengaku sangat menikmati profesinya saat ini. Terlebih sejak kecil ia sudah menyukai dunia ‘berhitung’.
“Aku dari kecil suka matematika dan aljabar dan orang tua pengen aku masuk di tempat lebih sains,” katanya.
Ia juga mengatakan pekerjaanya kini terinspirasi sang ayah yang seorang insinyur.
“Ayahku, karena dia inspirasi, dia insinyur electric dan entrepreneur. Itu memang penuh tantangan tapi menyenangkan,” katanya.
Pengalaman dalam bidang engineer tidak hanya di perusahaan Tesla. Ia sudah melanglang buana pada industri yang berkaitan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Ia sudah menjadi asisten pengajar di Georgia Institute of Technology pada tahun 2012-2013 untuk ilmu komputer dan statistik. Kemudian Morrissa menjadi asisten peneliti pada program pangan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) periode 2013-2014.
(can/fea/VOA Indonesia/CNN/JPG)