Penjual Kopi Pelanggar PPKM Darurat di Kota Tasik yang Memilih Dipenjara Akhirnya Bebas
RADARBANDUNG.id, KOTA TASIK – Pengelola kedai kopi Look Up yang berlokasi di Jalan Riung Asih, Tuguraja, Cihideung, Kota Tasik, Asep Lutfi Suparman (23) akhirnya menghirup udara bebas, Minggu (18/07/21) pagi.
Penjual kopi ini bebas setelah menjalani 3 hari kurungan badan pelanggaran PPKM Darurat di Lapas Klas IIB Tasikmalaya. Pukul 08.47 WIB.
Asep didampingi ayahnya, Agus Suparman (56) dan ibunya, Deviyanti (46) keluar dari pintu utama Lapas setelah sebelumnya menyelesaikan adminstrasi pembebasannya. Asep mengakui kondisinya saat berada dalam Lapas baik-baik saja.
“Ya Alhamdulillah di dalam itu perlakuannya baik. Memang yang namanya dikurung itu tak betah. Tapi kalau dijalani ya dibetah-betahin saja pak,” ujar Asep kepada radartasik.com usai keluar Lapas.
“Yang paling saya hargai perlakuan di Lapas itu Alhamdulillah semua baik-baik pak. Awalnya memang pasti kaget dikira di Polres atau Polsek. Ya pas di Lapas dienak-enakin saja pak tak seperti di film-film,” sambungnya.
Rambutnya dipotong gundul
Asep mengatakan, terkait rambutnya yang dipotong gundul tak masalah karena mengikuti semua aturan di Lapas. Kebetulan ketika ia masuk Kamis (15/07/21) siang lalu, ada tahanan baru juga yang usai digundul. Ia juga tak protes saat rambutnya dipotong gundul petugas.
“Ya tak jadi masalah buat saya dipotong rambut begini juga. Saya memang tak ada biaya kenapa memilih sanksi ini dan tak mau membebani orang tua. Biar yang lainnya juga terinspirasi untuk mengikuti aturan pemerintah agar pandemi segera berakhir dan normal lagi,” terangnya.
Ia menambahkan, saat di dalam tak perlu khawatir karena tak ada kesan-kesan buruk. Ia juga berbaur dan berinteraksi dengan para penghuni Lapas lainnya.
Asep mengakui awalnya sempat ditempatkan di penjara dengan para penghuni Lapas lainnya karena aturannya seperti itu. Namun kebetulan karena Protokol Kesehatan (Prokes) dan di dalam Lapas sudah penuh akhirnya ia dipisah.
“Awalnya tetap mau disatukan sama yang lain karena perlakuannya sama hanya beda metode. Cuman kebetulan karena kapasitas di sini sudah over serta prokes, jadi saya ditempatkan di ruangan strap sell dikasih kasur. Waktu itu langsung dipindah pas lihat ruangannya penuh karena prokes. Paling 5 menit lah. Tak lama saya langsung keluar lagi dari ruangan yang disatukan itu,” ungkapnya.