RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil menanggapi mural seperti sosok presiden Joko Widodo (Jokowi) pada dinding flyover Pasupati Kota Bandung yang tengah ramai menjadi perbincangan publik.
Menurutnya, mural sebagai seni ruang publik tak bermasalah selama sesuai dengan kearifan lokal dan etika.
Ridwan Kamil mengatakan, tidak mempermasalahkan mural, asalkan tidak melewati batas kedua nilai tersebut.
Saat menjadi Wali Kota Bandung, akunya, ia rajin memfasilitasi para seniman Bandung untuk menggambar kota dengan mural.
“Soal mural saya kira tradisi seni kota ini saya mah sangat senang. Dulu saat saya wali kota kan memberikan ruang-ruang, tiang Pasopati dimural, di Siliwangi dimural, tidak masalah,” katanya dalam konferensi pers secara virtual, diikuti Radar Bandung, Jumat (27/8).
“Selama memenuhi kearifan lokal, etika yang disepakati, saya kira tidak ada masalah,” ia melanjutkan.
Adapun, mural yang bertema kritik politik disebut masih menjadi perdebatan. Oleh karenanya, para seniman perlu duduk bersama untuk membahas batasan-batasan kearifan lokal dan etika agar dapat dijadikan takaran mural kritik yang baik dan yang tidak baik.
“Memang terjadi perdebatan apakah mural kritik ini boleh atau tidak boleh, saya kira media bisa menarasikan, mewacanakan, mendiskusikan,” katanya.
“Mungkin (bisa didiskusikan), mural dan kritik politik, undang semua seniman sampai ketemu kesepakatannya dimana definisi kritik yang baik atau tidak, saya kira ini masalah kesepakatan budaya. Arahan saya, yuk, kita ngobrol, kita diskusikan, seni ekspresi ruang publik itu batasnya seperti apa. tentu semua ada juga ada batas yang harus disepakati,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Penegak Hukum (PPHD) Satpol PP Kota Bandung, Idris Kuswendi mengimbau, agar tidak membuat gambar bersifat tendensius.
“Jadi kalau memang mau sosialisasi di tempat yang sesuai, di tempat milik sendiri, bentuknya jangan sampai menimbulkan hal yang bersifat tendensius,” katanya.
Masyarakat, katanya, boleh saja menyampaikan kritik asal tak bersifat menghina atau provokatif.
Baca Juga: Heboh Mural Jokowi 404: Not Found, Polisi: Tetap Dilidik, Bagaimanapun Itu Lambang Negara
“Beda kan kritik dengan hal yang berbau provokatif, penghinaan, dan sebagainya kan beda kontennya. Kritik mah boleh saja, tapi kritik yang membangun, yang konstruktif lah,” pungkasnya.
Diketahui, belum lama ini sempat ramai mural yang menampilkan sosok mengenakan kemeja warna putih diduga mirip Jokowi. Mata sosok dalam mural itu digambarkan tertutup masker dan berpose dengan tangan kanan menyentuh masker.
Mural seperti sosok presiden Jokowi itu tergambar pada dinding flyover Pasupati, Kota Bandung. Gambar tersebut kemudian dihapus. Pembuat mural itu bahkan dikabarkan tengah diselidiki oleh polisi.
(muh)