Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di Kota Cimahi akan dimulai 6 September 2021 secara serentak untuk jenjang SMA dan Madrasah
RADARBANDUNG.id, CIMAHI- Pemerintah Pusat memberikan relaksasi (kelonggaran) pada penerapan PPKM Level 3 di wilayah aglomerasi. Salah satunya pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Cimahi Harjono mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan stakeholder terkait menyikapi arahan pemerintah pusat tentang relaksasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
“Hasil evaluasi gugus tugas Kota Cimahi minggu kemarin menyikapi arahan pak presiden dan pernyataan beliau bahwa wilayah aglomerasi Bandung Raya itu sudah masuk ke level 3. Kemudian ditindaklanjuti dengan Inmendagri 35/2021 bahwa level 3 sudah bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dengan ketentuan 50 persen untuk SD-SMA yang lain untuk SLB itu 5 siswa untuk TK 5 siswa,” katanya kepada Radar Bandung, Selasa (31/8).
Harjono mengatakan, pihaknya pun segera melakukan rapat koordinasi bersama seluruh kepala satuan pendidikan dari jenjang PAUD hingga SMP untuk mematangkan persiapan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di Kota Cimahi.
“Tahapan yang diatur dalam SKB 4 menteri itu sudah terlaksana di Cimahi. Tahap pertama pengisian dan verifikasi daftar periksa Dapodik. Itu sudah dari Februari sampai April, kemudian Mei tahap kedua yaitu simulasi PTM untuk jenjang TK, sebagian SMP dan hampir semua SD,” katanya.
Baca Juga: PTM di Kota Bandung Tidak Akan Dilakukan Serentak
Sementara, tahap ketiga, sebutnya, yakni melakukan adaptasi penerapan PTM selama 2 bulan.
Pemkot Cimahi, lanjut Harjono, juga telah menerbitkan Surat Edaran (SE) No. 62/2021 tentang pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, termasuk beberapa persyaratannya.
Baca Juga: Menteri Pendidikan Sudah Bolehkan Sekolah Belajar Tatap Muka di Wilayah PPKM Level 1-3
“Misal, aturan vaksinasi Covid-19 bagi guru sudah mencapai 70 persen di sekolah. Alhamdulillah di Kota Cimahi hampir 100 persen guru sudah dipanggil untuk vaksinasi. Tetapi pada saat itu memang tidak semua guru berhasil karena ada sekitar kurang dari 20 persen guru tengah sakit, sedang hamil, menunggu melahirkan, menyusui, mau hamil, sakit, baru sembuh dari covid, isoman dan lainnya,” ungkapnya.