News

1000 Satif, Program Pemuda Peduli untuk Pendidikan di Daerah Terpencil Indonesia

Radar Bandung - 07/09/2021, 12:06 WIB
AY
Ali Yusuf
Tim Redaksi
Potret anak-anak penyitas bencana di Desa Lewoleba, Kabupaten Lembata, NTT. Saat berinteraksi dengan Relawan Pemuda Peduli. Bencana Tanah Longsor dan Banjir Bandang yang terjadi di NTT pada 4 April lalu menyebabkan sebanyak 117 orang meninggal dan 76 orang lainnya dinyatakan hilang akibat bencana tersebut. (13/04/2021).

RADARBANDUNG.id– PENDIDIKAN di Indonesia sampai saat ini masih terus mengalami perkembangannya. Berbagai metode digunakan untuk mencari solusi-solusi alternatif demi termajukan.

Pandemi yang masih bergulir menambah polemik baru bagi Pendidikan di Indonesia.

Pemerintah melakukan berbagai rencana demi terjaganya keberlangsungan Kegiatan Belajar Mengajar bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk warga yang berada di daerah 3T (Terdepan, Tertinggal dan Terpencil).

Melalui PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) Pemerintah mencoba membantu tetap terlaksananya pembelajaran bagi siswa ditengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) disusul Program Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Namun inipun masih belum menemukan titik efektifnya, dimana Menurut data Kemendikbud (2020), sebanyak 46 ribu atau lebih 17 persen satuan pendidikan dasar dan menengah tidak memiliki akses ke internet. Sebanyak 8 ribu lebih satuan pendidikan atau 3 persen belum terpasang listrik, dan tidak terjangkau jaringan internet.

Daerah timur, menjadi daerah yang terdampak kondisi Pendidikannya akibat pandemi virus yang terjadi disusul kurang efektifnya Pembelajaran Jarak Jauh.

Di Papua, 81.3% desa yang tidak memiliki sinyal telepon seluler maupun sinyal internet posisi kedua diikuti Papua Barat (68,7%), kemudian disusul Maluku (58.2%).

Di papua terdapat 14 daerah yang sama sekali tidak menjalankan kegiatan pembelajaran jarak jauh selama pandemi akibat dari rendahnya infrastruktur pendukung belajar mengajar daring diprediksikan berdampak terhadap penurunan lama bersekolah anak.

Berdasarkan data diatas, Pemuda Peduli meluncurkan sebuah Program guna membantu tetap adanya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). 1000 Satif, Program yang dirancang oleh NGO yang berdiri legal sebagai sebuah Yayasan sejak tahun 2016 ini.

Baca Juga: Senyuman Kegembiraan Anak di Desa Binaan Pemuda Peduli saat Dikunjungi PPI UPM Malaysia

Saung Kreatif atau disingkat Satif ini, Menyasar daerah yang pernah bersinggungan dengan Pemuda Peduli ataupun Desa-desa binaan Pemuda Peduli.

CEO Pemuda Peduli, Said Alwy mengungkapkan adanya Program ini diharapkan dapat membantu aktivasi pendidikan di daerah.

Baca Juga: Pemuda Peduli dan Tren Menjadi Relawan “Keren” di Tahun 2021

“Kita coba menghadirkan Pendidikan secara “utuh” untuk mereka yang berada di sana. Kondisi pandemi saat ini, dan juga sistem Pembelajaran Jarak Jauh yang sebagai penunjang Kegiatan Belajar Mengajar siswa itu sendiri,” ungkap pria yang kerap disapa Alwy tersebut.

Alwy, kemudian menjelaskan tentang goals dari adanya program ini diluncurkan.

Baca Juga: Kenali Dunia Pekerja Sosial bersama Pemuda Peduli

“Menjadikan Satif sebagai center of movement anak-anak muda daerah untuk menciptakan anak muda yang kreatif, inovatif, mandiri, dan berdampak bagi masyarakat itu merupakan hasil akhir yang coba kita wujudkan di dalam program ini,” tutur Alwy.

Ini pula yang diamini oleh Pringga Fitradi, Founder dari Pemuda Peduli. Ia berpendapat bahwa pendidikan merupakan hal yang ketika bisa dimajukan akan menjadi efek domino kepada seluruh sektor yang ada.

“Seperti domino, ketika kita bisa memperbaiki kondisi Pendidikan di Indonesia maka (sektor) yang lainnya pun akan ikut bergerak selaras dengan sektor ini. Semoga dengan adanya Program ini, bisa membantu pemerataan Pendidikan bagi anak-anak di daerah,” imbuh Pringga saat ditemui di Kantor Pemuda Peduli. (*)