RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Setiap anak memiliki kemampuan, keunikan bakat dan potensi diri yang berbeda. Untuk memunculkannya, mereka harus mendapat dukungan maksimal dari keluarga serta lingkungan sosial.
Hal ini mengemuka dalam talkshow yang dihelat SMK Pariwisata Telkom bekerjasama dengan Pandawa Bandung bertema “Kenali anak-anak kita dan tingkatkan potensi UNIK mereka”, Jumat (8/10).
Ketua TP PKK Jawa Barat, Atalia Praratya Kamil yang didapuk sebagai salah satu narasumber mengatakan salah satu upaya untuk menemukan potensi luar biasa anak adalah memberikan ruang mengasah diri dan ekspresi.
“Harus didukung oleh lingkungan dan keluarga. Tidak bisa kita melepaskan anak begitu saja. Berikan wawasan, pengetahuan yang cukup,” terang dia.
Lingkungan sekolah pun menentukan. Orang tua dan pihak sekolah harus bersinergi dalam memantau perkembangan anak. Ketika ada kesalahan yang dilakukan, maka pendekatan yang harus dilakukan adalah mencari tahu keresahannya. Jangan langusng menghukum atau memberikan cap nakal.
“Potensi anak SMK juga luar biasa. Mereka sudah dipersiapkan sejak awal untuk menghadapi dunia kerja yang butuh pengalaman. Tugas kita orang tua memberikan pondasinya kemampuan akademik dan emosional,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Psikolog RS Melinda 2, Ifa Hanifah Misbach menyoroti fenomena anak yang dibebani mimpi orang tua. Ia mencontohkan, saat anak memiliki bakat di bidang musik, namun potensinya tidak termaksimalkan karena orang tua atau keluarga menginginkannya menjadi dokter.
“Ini harus hati-hati. Apalagi masa remaja itu rentangnya panjang. Kalau bisa dikawal dengan baik, mereka akan tumbuh percaya diri dan bisa memaksimalkan potensinya,” ucap dia..
“Kita harus refleksi. Semakin kita hakimi semakin mereka sengaja. Apalagi remaja itu fase yang rawan. Strategi komunikasi beda. Berkaitan dengan potensi, kita harus tahu tahapan perkembangannya. Jangan sampai dia punya kekacauan peran,” terang dia.
“Kalau anak dipaksa menghadapi sesuatu yang dia tidak suka, dia akan kebingungan. Dia tidak akan mengetahui potensi besarnya. Dia tidak tahu apa yang dicari. Remaja adalah masa transisi secara emosi dan fisik tidak seimbang. Pikiran tidak seimbang. Problem emosi tinggi. Anak tidak pernah minta dilahirkan, kita sebagai orang tua, keluarga harus bisa sabar dan terus belajar mengerti keinginan anak,” pungkasnya.