RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) menjadi salah satu lembaga yang terlibat dalam peluncuran Platform Multi Stakeholder Collective Leadership Specialist Indonesia (CLSI) yang memfasilitasi keterlibatan diaspora dalam visi Indonesia 2030.
Di sisi lain, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNPAR telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dengan GIZ Indonesia, dimana salah satu poinnya adalah dukungan pendirian Pusat Studi Diaspora.
Terbentuknya platform itu merupakan langkah konkret dari bertemunya para giat isu diaspora Indonesia dari berbagai kalangan, seperti perwakilan Kantor Staf Presiden Republik Indonesia (KSP), UNPAR, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Indonesian Diaspora Network Global (IDN-G), Diaspora Connect, Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Prakarsa, dan GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) Indonesia.
Platform ini merupakan hasil dari pelatihan kepemimpinan selama 6 bulan yang didukung oleh Program Migrasi & Diaspora GIZ Indonesia, mengenai tata kelola migrasi serta isu-isu diaspora oleh Collective Leadership Institute (CLI) yang berbasis di Jerman.
Sebelumnya, pada 7-8 Oktober 2021 Dialog Multipihak telah berlangsung secara hybrid yang menghadirkan sejumlah perwakilan dari kalangan pemerintahan di antaranya Kementerian Luar Negeri (Kemlu); Kementerian Keuangan dan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
“kami berinisiatif untuk berperan sebagai host kegiatan dengan didukung oleh Program Migration and Diaspora (PMD), lembaga pembangunan Pemerintah Jerman untuk Kerja Sama Pembangunan Internasional atau GIZ Indonesia,” tutur Anggia Valerisha selaku Wakil Ketua Pelaksana Dialog Multipihak sekaligus dosen Hubungan Internasional (HI) UNPAR, dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/10/2021).
Anggia menuturkan, platform tersebut lahir dari hasil pelatihan selama kurang lebih 6 bulan, sejak Februari 2021. GIZ Indonesia bekerja sama dengan CLI Jerman menyelenggarakan kursus pelatihan kepemimpinan kolektif kepada aktor-aktor terkait di bidang Tata Kelola MIgrasi dan Diaspora.
Pelatihan ini terdiri dari tiga modul yang disesuaikan dengan kekuatan dan kebutuhan sistem pemangku kepentingan Indonesia yang relevan dan akan menggabungkan pembelajaran dari pekerjaan yang sedang berlangsung dalam isu diaspora.
Dia mengungkapkan, UNPAR melihat bahwa keterlibatan diaspora Indonesia sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional Indonesia ke depan. Pembangunan nasional perlu didukung dengan sumber daya manusia yang mumpuni dan untuk mencapai target sesuai visi pemerintah, peran dan kontribusi diaspora diperlukan dalam berbagai bentuk.
“Peringatan 100 tahun Indonesia Emas di tahun 2045 menjadi momentum penting bagi Indonesia. Apalagi dengan bonus demografis yang akan terjadi nanti. Maka, kami berpikir tahun 2030 menjadi tahun penting untuk menata dan mengelola Diaspora Indonesia,” ucapnya.
“Intinya, bagaimana menyelaraskan peran dan kontribusi diaspora dengan pencapaian target-target yang ada, baik secara spesifik melalui pencapaian target SDGs, maupun dalam aspek-aspek pembangunan secara luas lainnya yang meliputi ekonomi, politik, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan. Atas dasar ini maka dalam kurun waktu 2021 hingga 2030 menjadi waktu krusial bagi Indonesia,” lanjut dia.
Dia pun menuturkan, platform CLSI secara resmi akan dlluncurkan pada November 2021 mendatang. Launching event CLSI menjadi bentuk pengakuan yang dirasa penting bagi kelanjutan kerja kolaboratif antar pemangku kepentingan dalam isu diaspora, baik di antara sektor publik (Kementerian/Lembaga), ataupun dengan sektor swasta, akademia, dan masyarakat sipil.
FISIP UNPAR sendiri telah menandatangani Perjanjian Kerjasama dengan GIZ, dimana salah satu poinnya adalah GIZ mendukung pendirian Pusat Studi Diaspora (Centre for Diaspora Studies) di lingkungan UNPAR.
Harapannya selama satu tahun ke depan kerja sama ini bisa membuahkan berbagai bentuk publikasi ilmiah/non ilmiah, rekomendasi kebijakan bagi pemerintah, pelaksanaan berbagai program kerja/kegiatan seperti seminar/konferensi/pelatihan/workshop/pertukaran staf fakultas/dll yang berkaitan dengan isu diaspora.