RADARBANDUNG.id, – Sekitar 18 ribu peternak ikan yang ada di Indonesia telah memanfaatkan teknologi di bidang perikanan yakni efishery yang dikembangkan oleh “start up” besutan alumni ITB.
Menurut Co-founder dan Chief of Staff eFishery Chrisna Aditya, salah satu contoh pemanfaatan efishery ialah aplikasi eFisheryKu yakni aplikasi koperasi perikanan digital yang dirancang khusus untuk mempermudah aktivitas budidaya ikan, mulai dari awal hingga akhir proses budidaya.
“Petani yang sudah gabung dengan kita itu kurang lebih 18 ribu. Spesifik di Jabar ada sekitar 5.000-an karena memang mayoritas banyaknya di Jabar,” ujar Chrisna.
BACA JUGA: Pemprov Pastikan Kontingen Jabar Dapat Fasilitas Baik Selama PON Papua
Menurutnya, untuk penetrasi budidaya perikanan berbasis teknologi, tahun ini pihaknya akan lebih banyak melakukan penetrasi di selatan Jawa Barat. Mulai dari kawasan Tasikmlaya, Garut, hingga Ujunggenteng di Sukabumi.
“Kami menargetkan ada 10 kampung digital yang akan dibangun tahun depan. Kampung ini akan menjadi percontohan budidaya ikan menggunakan teknologi,” jelas dia.
Penggunaan teknologi, kata dia, akan memudahkan petani memberi pakan ikan secara terukur mengunakan aplikasi. Penggunaan teknologi ini juga cukup berhasil meningkatkan produksi, misalnya dari 1 ton menjadi 1,5 ton. Penggunaan feeder juga bisa meningkatkan efisiensi pakan hingga 30 persen. Siklus panen lebih cepat 74 hari.
BACA JUGA: Menko Airlangga: Bantuan Tunai PKL dan Warung di Provinsi NTB Paling Cepat dan Tepat Sasaran
Diketahui, eFishery adalah perusahaan Aquaculture Intelligence pertama yang
mengembangkan inovasi di bidang akuakultur. eFishery mendisrupsi metode budidaya ikan tradisional dan memberikan solusi canggih dalam ekosistem akuakultur dengan menawarkan end-to-end platform yang menyediakan akses pada pakan, pembiayaan, dan pasar bagi para pembudidaya ikan dan udang.
BACA JUGA: Cafe di Tengah Hutan Pinus Lembang yang Instagramable Asyik buat Nongkrong
Diakuinya, budidaya aquaculture dinilai menjadi sumber protein masa depan. Hal ini seiring populasi dunia yang terus bertambah, maka butuh makanan dalam jumlah banyak. Tapi lahan untuk produksi makanan makin sedikit. Makanya perlu sumber makanan yang efisien.
“Saat ini, aquaculture memang masih kecil, tapi ini paling efisien. Tapi pertumbuhannya paling besar. Kami konsen di sini, karena kalau tidak 20 tahun lagi dunia akanbkrisis pangan. Kami yakin kedepan ini akan menjadi sumber protein terbesar di dunia,” ungkapnya.