RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencatat kinerja ekspor non migas triwulan III atau mengalami peningkatan setelah melewati periode kedaruratan kasus Covid-19 dan pemberlakuan PPKM darurat.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Moh Arifin Soedjayana mengatakan Jawa Barat menyumbang 15.02 persen atau USD 24,67 miliar dari total ekspor nasional pada triwulan III/2021 senilai USD 164.287 Miliar. Capaian tersebut menempatkan Jawa Barat di peringkat pertama penyumbang ekspor terbesar disusul Jawa Timur dengan nilai ekspor USD 16.93 miliar atau 10.31 persen, dan Kalimantan Timur dengan nilai USD 16.11 miliar.
“Dengan angka ini target capaian indikator pertumbuhan nilai ekspor non migas Jabar sebesar USD 10.14 Miliar, sudah tercapai USD 8.75 Miliar selama periode Januari-September 2021 atau 86.29% dari target tahun 2021,” kata dia, Kamis (4/11).
Peningkatan nilai ekspor terbesar pada September 2021 terjadi pada golongan Mesin & Mekanis sebesar USD 63.98 juta (29.64 persen), diikuti oleh Kendaraan & bagian sebesar USD 40.05 juta (11.37 persen). Meski begitu, ekspor Pakaian Jadi non Rajut menurun dibanding tahun lalu, sebesar 3,81 persen.
Kemudian, pangsa pasar terbesar ekspor non migas Jabar pada September 2021 adalah Amerika Serikat, yaitu USD 624.88 juta, disusul Jepang USD 267.39 juta, dan Tiongkok USD 196 juta. Peningkatan ekspor Jabar terbesar dialami oleh Vietnam sebesar USD 27,08 juta (27,92 persen), disusul Malaysia sebesar USD 17,55 juta (22,82 persen) dan Korea Selatan sebesar USD 17,00 juta (12,05 persen).
“Secara kumulatif ekspor non migas ke negara tujuan utama pada 2021 menguat dibanding 2020, namun ekspor ke Singapura mengalami penurunan dibanding tahun lalu, sebesar 7.08 persen,” paparnya.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Rinny Cempaka mengatakan persentase pelaku usaha di Jabar yang mendapatkan pelayanan urusan perdagangan di Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) mencapai 100 persen pada September 2021.
“Ada 142 pelaku usaha yang dilayani di IPSKA Provinsi Jawa Barat pada September 2021. Secara kumulatif sudah 1.230 pelaku usaha yang dilayani dari Januari-September 2021,” tuturnya.
Dari 13 IPSKA di Jabar, IPSKA Kabupaten Bogor tercatat sebagai penerbit surat keterangan asal (SKA) terbesar di September 2021, dimana mengalami peningkatan jumlah form yang terbit sebesar 5.94 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Disusul IPSKA Kabupaten Bekasi yang merupakan penerbit terbanyak kedua mengalami penurunan penerbitan form SKA 0.03% secara Month to Month. “Namun seluruh IPSKA di Jawa Barat pada September 2021 mengalami penurunan penerbitan form dibandingkan Agustus 2021 kecuali Kab. Bogor, Kab. dan Kota Sukabumi, Kab. dan Kota Cirebon,” tuturnya.
Sekretaris Komisi II DPRD Jabar Yunandar Eka Perwira mengatakan pertumbuhan kinerja ekspor Jabar menjadi modal penting bagi pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Ia berharap para pelaku usaha Jabar bisa membuka tujuan ekspor baru, salah satu di antaranya adalah Tunisia. “kebijakan dari pemerintah secara umum itu harus mendukung untuk mendorong ekspor ini ke negara-negara yang belum kita jadikan tujuan ekspor utama,” katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan ekspor Jabar semakin membaik karena mitra dagang masih memberikan kepercayaan. Demikian pula dengan naiknya investasi di Jabar meski masih dalam situasi pandemi Covid-19.
“Lobi dagang terus dilakukan, membuka pasar luar negeri yang saat ini mulai membaik membuat ekspor non migas Jabar yang didominasi produk industri tumbuh tinggi,” ujarnya.