Film Galang yang menggambarkan perjalanan musik cadas Bandung dibuat Rich Music untuk memuaskan pencinta musik indie di Kota Kembang
RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Perjalanan musik cadas di Kota Kembang, Bandung memang gak ada habisnya untuk dibahas.
Setelah pertengahan tahun lalu, film dokumenter ‘Gelora Magnumentary: Story of Gedung Saparua‘ dihadirkan, Rich Music menuju akhir tahun sedang memproduksi lagi film panjang keduanya.
Kali ini, film berjudul Galang yang direncanakan tayang Desember 2021 dibuat Rich Music untuk memuaskan pencinta musik indie di Kota Kembang.
Film fiksi pertama Rich Music ini mengambil latar cerita tragedi konser musik yang merenggut nyawa penonton. Film Galang disutradarai Adriyanto Dewo dan sekarang tengah menjalankan proses syuting di Kota Bandung.
Berkisah tentang Galang, seorang anak muda yang tinggal di Bandung dan sering menemani kakaknya, Maryam (Laras Sardi) menonton konser musik bawah tanah.
Suatu hari, Maryam mengenalkan sebuah band baru bernama Axfiksia pada Galang. Maryam sangat menyukai band tersebut, terutama vokalisnya, Irfan.
Di suatu akhir pekan, Maryam meminta Galang untuk menemaninya nonton konser Axfiksia di sebuah gedung pertunjukan.
Galang yang jenuh dan bosan harus mengantar kakaknya terus menerus, menolak ajakan Maryam. Akhirnya mereka berpisah di depan pintu masuk gedung pertunjukan.
Lewat tengah malam, berita datang ke keluarganya, Maryam masuk rumah sakit sebab terjadi sesuatu saat konser tengah berlangsung.
Sesampai di rumah sakit, kabar buruk menghantam. Terjadi kericuhan setelah band Axfiksia menyelesaikan pertunjukannya. Beberapa orang meninggal malam itu, termasuk kakaknya Galang.
Setelah kejadian tersebut, Galang memberanikan diri untuk masuk ke dalam ekosistem musik bawah tanah.
Diselimuti perasaan bersalah karena sudah meninggalkan kakaknya sendirian malam itu, Galang berpura-pura menjadi penggemar sejati dari Axfiksia.
Executive Produser Mochamad Andika mengatakan, film ‘Galang’ memang sudah direncanakan sebelum film dokumenter ‘Gelora Magnumentary: Story of Gedung Saparua’ diproduksi.
Perkembangan musik cadas yang begitu masif pada masanya, dia selaku produser ingin menjaga semangat dalam bentuk berbagai aktivasi, salah satunya adalah film.
“Karena ini ada direncanakan. Justru tujuan akhirnya adalah film Galang ini. Fim ‘Gelora’ adalah rangakaian menuju film Galang,” kata Andika pada konfrensi pers virtual.
Andika menambahkan, film Galang akan menjadi sebuah legacy pada industri musik Indonesia.
Jalan cerita yang dibuat pun sesuai dengan masa-masa kejayaan musik cadas saat itu. Maka dari itu, tim produksi lebih dulu mencari sumber literatur dari permusikan pada era 2008-an.
Kata Andika, pihaknya dibantu sejarawan Kimung dan Addy Gembel dari grup metal Forgotten 666 dalam mencari literatur. Sebagai pelaku sejarah, Kimung dan Addy menambah referensi film.
“Ini bentuk legacy musik untuk Indonesia. Jadi wajah Indonesia untuk ke luar sana (luar negeri),” imbuhnya.