RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir dua tahun tidak cuma berdampak pada sektor perekonomian saja. Bagi sebagian orang, pandemi juga memberi dampak pada psikologis individu.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSIA Limijati Bandung Elvine Gunawan mengatakan, di masa pandemi ini angka kesehatan jiwa menjadi sangat signifikan berubah menjadi gangguan mental emosi. Gangguan ini bisa dimulai dari khawatir, cemas, ketidakpastian, kehilangan, dan depresi karena kondisi pandemi yang kian memburuk kala itu.
“Fenomena ini perlu disikapi dengan bijaksana, karena kalau enggak bisa jadi pisau bermata dua. Jika dilihat dari satu sisi kasusnya (gangguan jiwa) naik, tapi di satu sisi stigmanya lebih hebat,” kata Elvine dalam diskusi virtual.
Elvine menjelaskan, bila individu punya kesehatan mental yang baik maka individu tersebut dapat berkontribusi dalam berbagai kehidupan sosial. Namun rupanya itu tidak sejalan dengan literasi masyarakat yang masih menganggap gangguan kesehatan mental sebagai sebuah aib.
Baca Juga:Pabrik di Dayeuhkolot Kab. Bandung Kebakaran, Asap Tebal Membumbung Tinggi
“Secara teori stres itu diperlukan pada setiap individu. Kalau gak punya stres dalam hidup gak bisa perform dengan baik, tapi stres yang berlebihan juga menyebabkan performanya buruk. Jadi, yang tepat ketika kadar stresnya dalam keadaan optimum,” jelas Elvine.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, penderita gangguan jiwa tercatat mengalami peningkatan. Di Provinsi Jawa Barat sendiri ada 2,31 juta orang yang mengalami depresi. “Hanya 9% yang diobati, entah itu minum obat atau menjalani pengobatan medis,” ungkap Elvine.
Lebih lanjut, Elvine menyebut, individu harus mulai aware terhadap kesehatan mental. Pasalnya bila dibiarkan bisa menyebabkan kefatalan. Asumsi masyarakat yang masih menganggap individu mengakses layanan kesehatan mental sebagai sebuah keanehan juga jadi penyebab rendahnya kesadaran.
Menurutnya orang yang paling tinggi risiko mengalami kecemasan adalah perempuan muda. Di masa pandemi, perempuan dipaksa diam di rumah dan mengerjakan semuanya secara bersamaan.
“Kita tidak bisa menyamaratakan apa yang dimaknai dengan stres dalam kehidupan. Mungkin akan mengancam kehidupan atau membuat seseorang menarik diri dari lingkungannya karena tidak percaya diri. Sehingga stres ini risikonya bisa menyebabkan gangguan mental emosional ketika tidak bisa diadaptasi makanya muncul stres, kecemasan, panik, kehilangan, dan depresi,” jelasnya.
Baca Juga: Review Spesifikasi, Harga dan Simulasi Kredit Motor Yamaha Terbaru
Kata Elvine, individu yang mau mendapatkan bantuan profesional bisa dimulai dengan skrining online di website www.ruangtengahsemedi.com. Website ini melayani skrining online dan konseling untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa, bukan sebagai diagnosis.
“Skrining online ini bisa untuk menyaring kita butuh bantuan (profesional) apa enggak yang perlu dikonfirmasi. Kalau sudah dapat hasilnya dan memang harus datang, bisa dibawa hasil skrining onlinenya,” tuturnya.
(fid)