RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Selama pandemi berlangsung dua tahun, secara tidak langsung anak muda lebih aktif bermedia sosial. Dikhawatirkan, mereka cenderung adiksi terhadap dunia virtual, kurang bergaul, dan mudah reaktif dalam menyikapi permasalahan.
Sodik Mudjahid pendidik, sekaligus anggota Komisi II DPR RI pun menyebut seiring kedaruratan Covid-19 yang mulai terkendali, perlu edukasi kembali kepada generasi milenial dengan diskusi.
Ini manjadi tema besar dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Daerah Pemilihan Sosdapil 5″ di Aula SMA Unggulan Darul Hikam Jl. Supratman No. 88 Kota Bandung, Sabtu (20/11).
Kegiatan diskusi pun dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat dengan pendampingan dari aparat TNI dan Polri kewilayahan setempat.
Dalam sambutannya, Sodik Mudjahid mengaku salut dengan kemampuan hardskill generasi milenial, khususnya penguasaan teknologi. Apalagi, keakraban milenial di masa pandemi dengan smartphone membuat mereka fasih menggunakan beragam aplikasi canggih.
“Tapi, menurut riset, kontribusi hardskill terhadap kesuksesan hanya 20%. Ternyata, kontribusi terbesar terhadap kesuksesan sebanyak 80% bersumber dari softskill,” ujar Ketua Yayasan Darul Hikam Bandung ini.
Sodik Mudjahid menjelaskan, pengasahan softskill itu meliputi kemampuan kepemimpinan, sikap tangguh, sabar, amanah, kemampuan lobi, dan lain-lain. Nilai akademik dinilai penting, tapi harus diimbangi dengan peningkatan softskill untuk bisa berkembang di dunia nyata.
Oleh karena itu, Sodik mendorong generasi milenial aktif berkegiatan yang positif agar wawasan berkembang. Kuncinya, dia menegaskan, agar generasi muda senantiasa memperbaiki diri, belajar, disiplin, aktif berorganisasi, inovatif, kreatif, dan memperbanyak jaringan.
“Nasib kalian ditentukan oleh kalian. Di mana pun kalian aktif berorganisasi, artinya kalian ikut membangun softskill diri. Dengan kalian maju, Indonesia maju,” ujarnya.
Apalagi, beberapa tahun lagi akan menghadapi pemilu, maka generasi milenial dan zilenial yang baru akan memiliki hak pilih, harus belajar kritis sejak dini.
“Kalau nanti ikut pemilu, jangan golput. Harus punya calon pemimpin pilihan, yang punya komitmen terhadap agama, Pancasila, kesejahteraan masyarakat, serta keadilan sosial dan keadilan hukum,” pungkasnya.