RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Pertama kali bermain alat petik gitar sejak 25 tahun lalu, Bagus Dwi Danto adalah aktor intelektual di balik nama Sisir Tanah.
Bagus Dwi Danto dikenal sebagai musisi yang aktif terjun dalam berbagai kegiatan aktivisme sosial dan gerakan akar rumput.
Keterlibatan Bagus secara personal dalam banyak ruang penderitaan warga yang jadi korban atas perampasan hak-hak sipil, penggusuran, hingga praktik ketidakadilan, berbekas dan meninggalkan jejak sejarah perlawanan dalam setiap karyanya.
Kesunyian nyanyiannya mampu mengantar pendengar pada pengalaman otentik. Sebut saja kegelisahan, kekecewaan, kemarahan, dan kebencian pada kehidupan dunia nyata yang sedang tidak baik-baik saja.
Mengakhiri perjalanan satu dekadenya dengan nama panggung Sisir Tanah, Bagus Dwi Danto akhirnya membuat album menggunakan namanya sendiri.
Seniman asal Yogyakarta ini memulai perjalanan barunya dalam dunia musik folk melalui album pribadi yang menceritakan perjuangannya melewati masa kelam kala dunia dicengkram pandemi.
Album perdananya yang berjudul Kudu disajikan dengan konsep kaya unsur nuansa alam, seperti bunyi-bunyi di pesawahan dan pantai.
Kudu dalam bahasa Indonesia mempunyai arti harus, kuntum bunga, atau cat warna merah.
Album ini direkam pada pertengahan Februari 2021 di Bali dan dikerjakan secara gotong royong melibatkan beberapa kawan musisi.
“Mengingat tidak ada satupun orang yang siap menghadapi pandemi yang datang secara tiba-tiba pada awal tahun 2020, maka gotong royong adalah semangat hidup yang harus tetap tumbuh dan diharapkan mampu membangkitkan harapan teman-teman musisi untuk terus berkarya,” kata Bagus pada gelaran DCDC Pengadilan Musik, di Kantinantion The Panas Dalam, Jum’at (26/11).