RADARBANDUNG.id- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan bahwa Covid-19 varian Omicron sudah masuk ke Indonesia.
Sedikitnya ada 1 kasus ditemukan sudah masuk ke Indonesia. Ia adalah pekerja atau petugas kebersihan di RS Wisma Atlet.
“Kemenkes tadi malam telah mendeteksi ada seorang pasien N terkonfirmasi Omicron pada tanggal 15 Desember. Data-data sudah kami konfirmasi ke GISAID dan oleh GISAID bahwa data ini sequencing Omicron,” kata Menkes Budi secara virtual, Kamis (16/12).
Menurutnya pasien adalah pekerja pembersih di RS Wisna Atlet. Pada 8 Desember sampel diambil rutin oleh tim dikirim ke Kemenkes. Lalu dilakukan Whole Genome Sequencing.
“Kami terima 10 Desember dan kami lihat ada 3 pekerja pembersih di RS Wisma Atket yang positif Covid-19 pada PCR-nya,” katanya.
Dari 3 kasus itu, 1 di antaranya positif Omicron. Lalu 3 data tersebut dikirim ke Balitbangkes untuk dilakukan uji genome sequencing.
“Hanya 1 yang duanya tidak. Ketiga orang ini tanpa gejala,” tegasnya.
Omicron meluas di 77 negara
Omicron sudah menyebar luas. Data Badan Kesehatan dunia (WHO) menyebut persebarannya mencapai 77 negara. Bahkan, ada kemungkinan sejatinya varian virus SARS-CoV-2 itu sudah ada di sebagian besar negara di dunia. Hanya, belum terdeteksi dan dilaporkan.
Hal itu diungkap Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam paparan mingguan ke media Selasa (14/12) waktu setempat terkait hasil penelitian awal Omicron.
“Omicron menyebar pada tingkat yang belum pernah kita lihat pada varian sebelumnya,” terang Ghebreyesus seperti dikutip The Guardian.
Saat ini 3 persen kasus di AS adalah varian Omicron. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Rabu (15/12) bahkan memperingatkan bahwa Omicron bisa menjadi varian dominan di Eropa pertengahan bulan depan.
Ghebreyesus menyayangkan karena ada beberapa pihak yang mengabaikan Omicron. Ia dianggap sebagai varian yang menyebabkan gejala ringan saja.
Ibarat kata, varian tersebut diremehkan kehadirannya. Itu membuat banyak negara lengah dan gagal mencegah persebaran varian yang berasal dari Afrika tersebut.
Ghebreyesus menjelaskan bahwa meski mungkin efek yang ditimbulkan tidak terlalu parah, jika jumlah kasusnya luar biasa tinggi, itu bisa menekan sistem kesehatan di wilayah yang tidak siap.
Hingga saat ini WHO belum bisa memastikan dampak Omicron karena butuh penelitian lanjutan. Namun, pasien yang meninggal akibat varian itu sudah ada di Inggris.
Baca Juga: Omicron Sudah Menyebar ke 24 Negara, Kenali Gejalanya!
Itu bukan kabar buruk satu-satunya. Versi WHO, vaksin saja tidak cukup untuk perlindungan. Sebab, ia bisa menghindari perlindungan vaksin dengan baik dan memiliki risiko infeksi ulang yang lebih tinggi. Artinya, orang yang sudah pernah terkena Covid-19 dan memiliki antibodi alami tetap berpeluang besar tertular lagi. Faktor itu membuat Omicron masuk dalam varian dengan risiko tinggi.