RADARBANDUNG.id, BANDUNG – PT Rifan Financindo Berjangka (RFB) Bandung mencatat, pada periode 2021 harga emas ditutup di level $ 1.829/toz. Selama periode tersebut harga emas sudah turun 3,6%.
Penurunan harga itu karena optimisme terhadap pemulihan ekonomi global yang mendorong para investor mengalihkan portfolio investasi ke aset berisiko daripada aset safe haven seperti emas.
Harga emas tertinggi tahun 2021 menyentuh diangka di level US$ 1.959/toz pada 6 Januari 2021dan nilai terendahnya pada 8 Maret 2021 di angka US$ 1.676/toz. Bahkan, di awal tahun 2022 harga emas terus melorot hingga ke level $ 1.789/toz.
Kepala Cabang PT Rifan Financindo Berjangka (RFB) Bandung, Anthony Martanu mengatakan, sebenarnya para investor tidak perlu khawatir dengan penurunan atau kenaikkan harga emas saat ini karena pada perdagangan berjangka, setiap investor memiliki peluang yang sama baik saat harga sedang bullish maupun bearish.
Bahkan, kata Anthony, bisa dilihat jelang imlek harga emas diprediksi bakal terbang tinggi hingga menyentuh level $ 1.850/toz. Selain karena permintaan emas yang tinggi di Tiongkok, peningkatan kasus varian Covid Omicron ditambah dengan tren suku bunga rill di Amerika Serikat (AS), yang rendah hingga saat ini bakal mendorong harga emas terus meningkat meski di tengah berbagai tekanan.
“Hari raya Imlek 1 Februari nanti membangkitkan ekspektasi terhadap kenaikkan harga emas,” jelasnya.
Baca Juga: Harga Emas 24 Karat Antam dan UBS di Pegadaian Hari Ini Naik, Cek Daftarnya
Selain itu tingkat inflasi yang tinggi hingga lebih dari 6% di Amerika Serikat akan memangkas keperkasaan dollar dan mengancam pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di tahun depan.
“Alhasil, para investor akan mencari alternatif aset safe haven salah satunya ialah emas untuk mengamankan nilai portfolio mereka,” terangnya.
Baca Juga: Investasi Emas Lebih Stabil di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Saat Pandemi Covid
Namun demikian, Anthony mengingatkan, memasuki kuartal kedua tahun 2022, harga emas diperkirakan cenderung terkoreksi atau stagnan sejalan dengan pengetatan kebijakan moneter negeri Paman Sam untuk mengamankan nilai tukar mata uang dan suku bunga mereka.
“Yang jelas emas masih layak dikoleksi di tahun ini,” ucapnya.