RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Penambahan angka kasus positif Covid-19 dari varian omicron di Jabar semakin meningkat. Meski demikian, Anggota DPRD Jabar dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FPKB) Hasim Adnan mengatakan, agar maasyarakat tidak panik dan tetap tenang.
“Bertambahnya kasus omicron tidak harus membuat kita semua panik. Bahkan lebih baik kita tetap waspada untuk tetap menerapkan protokol Kesehatan,”ujar Hasim.
Menurut Hasim Jabar sendiri punya keunggulan dalam menangani kasus cavid varian baru ini, yaitu cakupan vaksinasi yang sudag mencapai 70%.
Baca Juga: PPKM Jawa Bali Berakhir Hari ini, Tren Kasus Covid-19 Secara Nasional Naik
“Cakupan vaksnin kita sudah cukup tinggi, Alhamdulillah, sudah mencapai 70 %. Ditambah lagi, kita kan punya program vaksin booster, yang sekarang sudah banyak diikuti masyarakat. Itu merupakan modal yang bagus untuk membantu membentengi diri dari bahaya covid-19, termasuk varian omicron,” papar Hasim.
Dengan tingginya cakupan vaksin ini, Hasim bergarap herd imunity bisa segera terbentuk. Meski demikian, bukan berarti masyarakat bisa abai terhadap penerapan protocol Kesehatan. Semua tetap harus menerapkan protocol Kesehatan yang tinggi sehingga menambah perlindungan semakin baik.
“Kita tetap tidak boleh kendor dalam menjalankan prokes. Semua harus dilaksanakan dengan ketat,” tambahnya.
Halnya dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Hasim mengatakan harus dijalankan sesuai dengan aturan.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di KBB Naik Lagi, Tetap Waspada!
“Untuk PTM toh kita juga menerapkannya tidak serta merta 100%. Semua tetap diterapkan secara bertahap. Ya harapan kita dengan adanya vaksin, kita memang sudah siap beraktifitas secara normal,” harapnya.
Kepada stakeholder para peyelanggara Pendidikan, Hasim mengingatkan, sepanjang vaksin pelajar belum bisa dilaksanakan 100%, mereka harus bisa pandai-pandai membuat kebijakan.
“Jadi semua bisa berjalan parallel, sementara kita tetap berupaya agr vksin bisa terselenggara maksimal, di sisi lain, penyelanggara pedidikan bisa mencari formulasi aman, sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara aman,” paparnya.
Semua pihak di masing-masing level menurut Hasim harus bisa mencari skema antisipasi skema yang harus disiapkan penyelenggara Pendidikan. Harus ada simulasi yang sebenarnya sudah dilaksanakan apa yang diterapkan di lingkungan sekolah.
Baca Juga: Wow! Tunggakan Perawatan Pasien Covid-19 Capai Rp24 Triliun
“Harus disimulaasi bukan hanya selama anak di sekolah. Namun juga kerika anak meninggalkan sekolah. Harus dipastikan anak dalam keadaan aman dan kecil kemunginan terpapr viruss covid-19, yang mungkin bisa menularkan kepada teman-teman atau siapapun di lingkungan sekolah,” tambahnya.
Meskipun, untuk proses perjalanan pulang-pergi dari rumah dan sekolah, tidak mmudah untuk mendapatkan formula yang tepat. Sehingga memang Hasim mengakui belum ada regulasi yang dibelakukan utuk mengatir hal ini.
“Karena menyarankan semua orang tua untuk mengantar-jemput anaknnya sangat sulit. Mengingat tidak semua orang tua mempunya kemampuan dan kesempatan yang sama dalam hal ini,” tambahnya.
(adv)