RADARBANDUNG.id, BOGOR- Sejak diluncurkan pada Maret 2021, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) akhirnya berhasil mewisuda 1.249 peserta Angkatan I Program Petani Milenial.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan program ini tidak sepenuhnya berjalan mulus. Namun sejak awal ia memastikan program ini tidak dirancang bagi peserta mendapat keistimewaan dengan langsung sukses namun lewat pendampingan dan pembelajaran
“Kenapa cuma segini (1.249 peserta) artinya ada yang berhasil dan tidak berhasil. Ada yang menyerah di perjalanan karena urusan akses ke perbankannya tidak memadai, ada yang tidak nyaman kembali ke desa, ada masalah komoditas panen gagal, macam-macam,” usai Ridwan Kamil usai wisuda 1.249 peserta program Petani Milenial di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian (IPB) Bogor, Kamis (24/3/2022).
Adapun peserta yang diwisuda sebagian besar peserta laki-laki 88 persen, sedangkan peserta perempuan 12 persen. Dari kategori umur, untuk usia 19-24 tahun 19 persen, usia 25-29 tahun 26 persen, dan paling banyak peserta di usia 30-39 tahun yang mencapai 55 persen.
Menurutnya ke 1.249 peserta yang lulus adalah wisudawan yang sudah membuktikan konsistensi dalam program Petani Milenial. “Karena petani milenial ini bukan program untuk langsung sukses ini program mendaki gunung melalui pembersamaan dengan pemerintah,” katanya.
Baca Juga: Targetkan 1.000 Petani Milenial, Ridwan Kamil Pastikan Ada Evaluasi
Lewat program ini pihaknya memfasilitasi peserta lewat penyediaan lahan, anggaran, akses pembiayaan, pemasaran dan lain-lain. “Kalau tahun ini saja mencapai 1.249 kami berharap tahun depan sampai masa depan bisa menghasilkan lebih banyak lagi,” tuturnya.
Dengan konsistensi program ini diharapkan persoalan regenerasi petani yang saat ini didominasi petani-petani usia 40 tahun ke atas diganti para petani berusia muda atau milenial.
Saat ini, Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak di Indonesia, tahun 2017 jumlah penduduk Jawa Barat sudah mencapai 48 juta jiwa. Jumlah tersebut menjadi tidak seimbang seiring terus berkurangnya jumlah petani setiap tahun.
Berdasarkan survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2017, selama kurun waktu 2013-2017 rumah tangga petani mengalami penurunan sebanyak 3,31% per tahun. Hal ini disebabkan para petani mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dan anak petani tidak ada yang mau jadi petani. ***