RADARBANDUNG.id- Gerakan penolakaan penundaan pemilu hingga penambahan masa jabatan presiden dalam beberapa pekan terakhir semakin masif terlihat yang disuarakan aktivis mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Bahkan sejumlah aktivis mahasiswa di berbagai daerah merencanakan menggelar aksi besar-besaran pada Senin tanggal 11 April 2022.
Gerakan itu pun mendapat dukungan dari Aktivis 98 Jawa Barat, yang ikut terlibat dalam aksi reformasi tahun 1998. Perwakilan Aktivis 98 Jawa Barat, Lukman Hernawijaya menilai, dalam pandangannya, gerakan reformasi ’98 lahir dari sebuah kesadaran pentingnya membatasi kekuasaan. Sejarah telah memberikan pelajaran, tanpa pembatasan, kekuasaan terbukti menjadi korup dan otoriter.
“Karena itu segala upaya untuk mencoba memperpanjang kekuasaan adalah tindakan berbahaya yang mengkhianati cita-cita reformasi,” kata Lukman dalam keterangan resminya.
Di saat yang sama, lanjut Lukman, rakyat semakin mengalami kesulitan dalam berbagai sendi kehidupan. Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi, harga bahan bakar naik, rakyat antri minyak goreng di mana-mana. Sementara itu, kritik dari mahasiswa dan civil society sebagai bagian dari semangat historis menjaga demokrasi berjalan pada relnya malah ditanggapi sinis dan represif.
Maka dari itu, menimbang krisis politik dan ekonomi yang terjadi saat ini, Aktivis 98 Jawa Barat memandang perlu untuk menyatakan sikap. Pertama, menolak penundaan pemilu 2024 dan penambahan periodesasi jabatan presiden menjadi tiga periode.
Kedua, mengimbau Pemerintah dan Partai Politik fokus pada penyelesaian kondisi ekonomi yang carut marut akibat kenaikan harga bahan pokok dan bahan bakar. Ketiga, mendukung Gerakan Mahasiswa Angkatan 2022 untuk memperhebat perjuangan menegakkan Reformasi di tanah air. (pra)
BACA JUGA:
- Survei LSI: Mayoritas Publik Menolak Pemilu 2024 Ditunda
- Luhut Akui Punya Big Data, Rakyat Ingin Pemilu 2024 Diundur
- Honor Petugas TPS pada Pemilu 2024 akan Naik 100 Persen
- Soal Pemilu 2024 Ditunda, DPR: Amanat Reformasi Jangan Dikorbankan