RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Observatorium Sesar Lembang akan segera dibangun dalam waktu dekat. Hal tersebut guna memaksimalkan upaya antisipasi gempa.
Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Dr. Adrin Tohari mengatakan, pembangunan Observatorium Sesar Lembang tersebut dimaksud untuk memantau pergerakan patahan Lembang secara intensif.
“(Pembangunan) diawali dengan pemasangan instalasi deteksi getaran atau seismograf di 3 titik, yakni di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, kawasan perkebunan milik PTPN VIII di Cipada, serta di Kompleks Perkantoran Pemda Bandung Barat,” katanya, Rabu (20/4/2022).
Adrin mengatakan, wacana Observatorium Sesar Lembang memang telah mengemuka sejak tahun 2016 lalu oleh peneliti gempa Eko Yulianto. Namun akibat berbagai kendala, rencana ini baru dieksekusi tahun ini.
“Tak hanya Sesar Lembang, kita juga bakal intensif memantau ancaman pergerakan tanah di wilayah sekitar sesar serta bergerak Sesar Cimandiri di sebelah Barat,” tambahnya.
Sementara itu, Peneliti Gempa Eko Yulianto mengatakan untuk memantau sesar Lembang sepanjang 29 km diperlukan 10 alat seismograf dengan posisi 5 di sebelah utara sesar dan 5 di Selatan. “Kita pernah rencanakan 5 pasang terdiri di utara 5 dan 5 di selatan sesar. Minimalnya ada segitu,” terangnya.
Meski baru ada 3 alat deteksi getaran, BRIN akan menggabungkan dengan alat deteksi yang sudah ada. Seperti milik PVMBG, ITB, dan BMKG. Kehadiran Observatorium ini diharapkan menjadi titik balik perubahan paradigma bahwa bencana tak hanya jadi ancaman, tapi juga adanya upaya mitigasi dan riset.
“Kita ingin membalik paradigma dari ancaman, menjadi bernilai positif. Lebih jauh nantinya sebagai sarana pendidikan lokal dan internasional karena Observatorium Sesar Lembang menjadi kedua di dunia setelah Observatorium San Andreas di Amerika Serikat,” pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bandung Barat, Asep Sodikin mengatakan, selain sebagai sarana mitigasi dan pemantauan intensif aktivitas pergerakan patahan, Observatorium Sesar Lembang didorong jadi pusat wisata edukasi bagi masyarakat. Sehingga siap menghadapi potensi bencana dari sesar.
“Ini sudah sempat didiskusikan di Bapelitbangda tapi terhenti karena Pandemik. Kita sambut baik rencana Observatorium Sesar Lembang, mudah-mudahan jadi pusat wisata edukasi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Barat, Duddy Prabowo menjelaskan pengembangan Observatorium Sesar Lembang rencananya akan diintegrasikan dengan command center milik Pemda Bandung Barat. Data perekaman sesmic dan GPS bakal dipantau secara berkala untuk mitigasi.
“Tahun 2023 ada bantuan command center. Kita akan integrasikan command center ini dengan konsep BRIN. Kita harap ini jadi fungsi edukasi bencana,” pungkasnya.
(kro)