RADARBANDUNG.id, JAKARTA- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim merombak metode seleksi pada 3 jalur masuk ke kampus negeri.
Perubahan seleksi masuk PTN tersebut dipaparkan Nadiem saat peluncuran Program Merdeka Belajar Episode 22. Pada jalur seleksi nasional masuk PTN (SNMPTN), misalnya, Nadiem tidak lagi mengotak-ngotakkan jurusan calon mahasiswa di pendidikan menengah.
Biasanya jurusan di sekolah menengah atas (SMA)/sederajat akan menentukan program studi (prodi) atau jurusan apa yang bisa diambil di kampus. Sebut saja jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA) hanya untuk prodi yang berhubungan dengan IPA. Sebaliknya, jurusan ilmu pengetahuan sosial (IPS) untuk prodi sosial saja. Hanya mata pelajaran tertentu yang jadi pertimbangan masuk.
Pada akhirnya, kondisi itu membuat siswa dan guru hanya berfokus pada mata pelajaran tersebut. Tidak holistik. Padahal, kata Nadiem, peserta didik juga membutuhkan keterampilan lain saat terjun ke dunia kerja.
Baca Juga: Ini Tips dan Trik Jitu Lolos Seleksi SNMPTN
Karena itu, pihaknya mengubah kriteria masuk jalur prestasi tersebut dengan menetapkan kriteria minimal 50 persen dari nilai rata-rata rapor secara keseluruhan, tidak hanya beberapa mata pelajaran.
Kemudian, komponen sisanya berasal dari nilai rapor 2 mata pelajaran pendukung atau prestasi atau portofolio di bidang seni dan olahraga. Komposisi persentase itu masih bisa berubah. Asalkan masih sesuai dengan ketentuan. Pihak PTN pun diberi kebebasan untuk merombak komposisi tersebut.
”Asal minimal 50 persen itu komponen nilai rata-rata, sisanya terserah. Penentuan ini pun bisa berbeda untuk masing-masing prodi di satu PTN,” papar Nadiem.
Dengan cara itu, menurutnya, siswa dipastikan akan mementingkan pembelajarannya di jenjang menengah secara menyeluruh dan mendalam. Siswa juga bisa menekuni bidang-bidang yang diminati.
Perombakan kedua, pada jalur seleksi bersama masuk PTN (SBMPTN), Kemendikbudristek akan menghapus tes spesifik pada mata pelajaran. Sebagaimana diketahui, pada tes kemampuan akademik (TKA) ujian tulis berbasis komputer (UTBK) SBMPTN, peserta didik disuguhi tes mata pelajaran secara spesifik bergantung pada ujian yang diambil. Misalnya, untuk saintek, akan ada soal-soal fisika, kimia, hingga biologi.
”Jumlah informasi yang harus dihafal begitu besar. Banyak peserta yang tertekan harus mengikuti bimbel per mata pelajaran untuk tes SBMPTN,” beber Nadiem.
Selain mental, situasi itu menjadi beban finansial bagi siswa. Akibatnya, muncul kondisi yang diskriminatif bagi mereka yang kurang mampu karena tidak bisa mengakses bimbingan belajar di luar sekolah. Nah, tes mata pelajaran itu nanti diganti dengan satu tes skolastik.