RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Kenaikan harga bahan bakar minya (BBM) bersubsidi, Sabtu (3/9/2022) mendapat reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat. Salah satunya Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang menyatakan menentang kebijakan pemerintah tersebut.
“Kami DPD PKS Kota Bandung, sesuai dengan perintah Presiden PKS menyatakan menentang kenaikan BBM,” ujar Ketua DPD PKS Kota Bandung Ahmad Rahmat Purnama, saat menggelar aksi flashmob Penolakan Kenaikan harga BBM di Jalan Ir. H Djuanda, tepatnya dekat Taman Cikapayang, Dago, Sabtu (10/0/2022).
Pada kesempatan tersebut, Ahmad menyampaikan pertanyaan sikap dari DPD PKS Kota Bandung, yakni antara lain:
Baca Juga: PKS Tolak BBM Naik, Anggota DPR Netty Prasetiyani: PHK di Depan Mata
1. Kenaikan harga BBM di tengah upaya “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat” pasca pandemi menjadi kebijakan yang kontraproduktif. Alih-alih mendorong kebangkitan dan kepulihan, kenaikan BBM justru memukul mundur kemampuan ekonomi masyarakat yang tengah berupaya bangkit.
2. BBM yang merupakan energi penggerak kegiatan ekonomi, ketika saat ini dinaikkan telah memicu ‘multiplier effect’ negatif, terbukti dengan melambungnya harga bahan-bahan pangan di Kota Bandung per 5 September 2022 diantaranya: Beras kualitas medium naik 8,5%, cabe rawit merah naik 7,5%, cabai keriting merah naik 18%, dan daging sapi naik 4,7%.
Baca Juga: Kabar Baik, Harga Pertalite Berpotensi Turun Lagi
3. Kenaikan harga-harga akibat kenaikan BBM mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat, yang akan menyebabkan turunnya permintaan pasar, sehingga memaksa pengusaha mengurangi produksi dan pada gilirannya akan memicu rasionalisasi beban produksi dengan melakukan PHK terhadap karyawan.
Sementara itu inflasi pada sektor makanan yang sempat naik dua digit akan terpicu kembali dengan kenaikan BBM ini, dimana yang paling terimbas inflasi adalah masyarakat bawah yang sensitif terhadap harga-harga.
4. Kenaikan harga BBM akan menambah angka kemiskinan sementara BLT BBM yang disalurkan seringkali tidak tepat sasaran karena carut marutnya data. Disamping itu BLT BBM yang disalurkan berkisar Rp 24,17 triliun atau hanya 4,8 % saja dari angka Rp 502 triliun subsidi energi.