Apalagi Jawa Barat, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sedang menjalankan program Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal di Wilayah Jawa Barat dan sedang membuat proyek percontohan.Untuk itu kesenjangan tentangperbedaan persepsi, pemahaman, kesadaranpara pemangku kepentingan tentang konsep wisata halal menjadi penting untuk dikaji.
Salah satu kondisi yang mengisyaratkan bahwa ada hambatan adalah kurangnya interaksi, koordinasi serta komunikasi antara pemerintah pusat/daerah denganpara stakeholders pariwisata seperti akses pelaku usaha (UMKM) di perdesaan dalam pengembangan usahanya, misalnya kapasitas dan kesiapan SDM wisata, regulasi yang jelas dan pemasaran yang tepat.
Desa Dayeuh Kolot, Kabupaten Subang merupakan salah satu desa wisata dalam kategori perintisan (embrio) namun kepala desa dan jajarannya, membuka diri untuk belajar dan dipelajari oleh kalangan perguruan tinggi, sehingga perkembangan untuk menjadi desa wisata lebih cepat.
Saat ini ada 5 tempat wisata yang dimiliki Badan Usaha Milik Desa yang bernama BUMDes Berbudi bergerak dalam bidang pariwisata, perdagangan dan jasa.
Selain itu, desa dayeuh kolot dalam pengelolaannya menaunginya dengan Unit Usaha Pariwisata dan memberdayakan masyarakat lokal baik itu Karang Taruna dan Kelompok Sadar Wisata (PokDarWis).
Baca Juga: Pengembangan Wisata Jabar Selatan Akan Libatkan BUMDes
Situs wisata yang ada di desa ini memanfaatkan sumber daya alam dan SDM di dalamnya seperti Curug Goong, Embung Cigorowong, situs makam purbakala Kibodas, Sport Center dan Taman Anggur.
Selain itu, ada juga produk wisata kuliner lokal guna menunjang wisata lainnya. Fasilitas yang tersedia cukup terbilang banyak mulai dari area parkir, ATM center, balai pertemuan, cafetaria, jungle tracking,outbound, selfie area, tempat makan dan wifi area.