RADARBANDUNG.id- Fenomena Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi populer usai kasus pasangan selebriti Lesti Kejora dan Rizky Billar.
Ketika Lesti memutuskan cabut laporan dan memaafkan, banyak orang yang kecewa dan mempertanyakan karena merasa seharusnya Billar tak perlu diampuni. Namun, hal itu adalah pilihan masing-masing individu.
Secara umum, haruskah memaafkan? KDRT tak melulu soal kekerasan fisik tetapi bisa jadi mental dan emosional.
Baca Juga: 12 Alasan untuk Maafkan Perselingkuhan
Dilansir dari Verywell Mind, Psikiater Karen Swartz, MD, menilai setiap rumah tangga pasti mengalami masalah. Setiap orang membuat kesalahan, dan setiap orang perlu memaafkan dan dimaafkan.
Ketika pasangan menyakiti lalu berusaha menebus kesalahan dan mendapatkan pengampunan, menurutnya hal itu tergantung pada individu masing-masing. Akan tetapi lebih sulit jika pasangan Anda tidak menyesal.
Baca Juga: Begini Cara Mengakhiri Hubungan Terlarang dengan Selingkuhan
“Tetapi mungkin ada beberapa pertimbangan dan nilai-nilai untuk memberikan pengampunan,” kata Karen Swartz, MD.
“Memiliki hubungan dengan seseorang di masa depan adalah tentang apakah mereka dapat diandalkan dan dapat dipercaya,” lanjutnya.
Terkadang, ujarnya, kepercayaan itu malah dirusak. Dalam situasi yang melibatkan pelecehan atau pengkhianatan, menurutnya pengampunan mungkin membutuhkan waktu lebih lama.
“Anda berdua harus terbuka untuk membicarakannya dan terus memprosesnya. Ini mungkin termasuk mencari bimbingan dari konselor profesional berlisensi atau profesional kesehatan mental lainnya,” jelasnya dikutip dari Jawapos.com.
Memaafkan atau melepaskan?
Faktanya, pilihannya ada 2, yakni memaafkan atau melepaskan. Meskipun beberapa pelanggaran sangat berbahaya sehingga suatu hubungan tidak dapat bertahan, pengampunan masih dapat menjadi solusi.
Jika dalam rumah tangga sudah terjadi luka, kekecewaan, gangguan kecil, pengkhianatan, ketidakpekaan, dan kemarahan maka akan berubah menjadi kebencian dan kepahitan.
Ia menilai bisa saja sebuah situasi menjadi tak kenal ampun ketika bicara soal korban fisik dan mental. Kebencian mendapatkan momentum dan menghancurkan fondasi kesejahteraan hubungan.