RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Berdasarkan hasil survey pada 2019 dan penelitian awal pada 2022, angka kejadian skabies pada 2022 di sebuah pesantren masih tinggi. Tingginya kasus ini berhubungan dengan rendahnya pengetahuan masyarakat lingkungan pesantren tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Selain itu beberapa santri yang telah mendapatkan pengobatan tidak dapat melakukannya dengan optimal karena tidak paham mengenai penggunaan obat yang diberikan.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan inovasi guna membantu pemecahan masalah skabies di pesantren tersebut, antara lain dengan pemberdayaan santri untuk menjalankan peran pengawasan, pencegahan dan pengobatan skabies (Tenaga pengawas pencegahan dan pengobatan/TPP).
Para santri yang terpilih menjadi calon kader ini akan dipandu oleh tim pengabdian yang berkolaborasi dengan dokter-dokter alumni Fakultas Kedokteran relawan yang berada di sekitar lingkungan pesantren.
Tujuan utama pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) adalah memberikan solusi dengan menjadikan pesantren sehat dan bebas skabies. Kegiatan ini akan dilakukan melalui pemberdayaan santri menjadi Tenaga Pengawas Pencegahan dan Pengobatan skabies (TPPP).
Sasaran spesifik dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ialah menghasilkan kualifikasi para santri yang dalam jangka panjang dapat menjadi tenaga pengawas pengobatan skabies yang mampu memahami dan mempraktekan perilaku hidup bersih dan sehat bagi dirinya, juga dapat membantu rekan santri lain yang terkena skabies dalam berobat.
Baca Juga: Usung Ekosistem Halal, LPPM Unisba Gelar Konferensi Internasional BAIC 2022
Metode pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan ini meliputi dua tahapan sebagai berikut Tahap pertama adalah pembentukan tenaga pengawas pengobatan skabies di pesantren dengan memodifikasi program PMO terapi TB.
Tahapan ini dilaksanakan dengan menggunakan modul yang telah dikembangkan pada PKM sebelumnya dan dilakukan melalui pelatihan santri dengan menggunakan diskusi interaktif dengan pendamping atau tutor mahasiswa dan tim pelaksana PKM.
Baca Juga: Delapan Perguruan Tinggi Brenchmarking ke Unisba Terkait SPMI
Dalam pelatihan ini, pre dan post test juga dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pengetahuan para santri yang telah menerima pelatihan.
Tahap kedua mencakup pengembangan keterampilan (skill) penjaringan skabies serta keterampilan pendampingan santri yang terkena skabies termasuk cara pengobatan penyakit ini hingga tuntas dengan pendampingan dari mahasiswa dan tim pelaksana PKM.
Dari PKM ini terwujud tenaga pengawas pengobatan skabies terlatih yang diharapkan juda dapat menjadi pelopor dan teladan PHBS di lingkungan pesantren, terutama dalam hal pemberian obat skabies kepada para santri agar tercapai penurunan kejadian skabies di pesantren.