Oleh: Bella Retno Jamalludin, S.K.M
(Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin)

Bella Retno Jamalludin, S.K.M
PADA tahun 2015, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengadakan pertemuan di New York dan memutuskan untuk menyelenggarakan global Sustainable Development Goals (SDG’s). Agenda ini merupakan rencana aksi yang ditujukan untuk manusia, planet, kemakmuran serta berusaha memperkuat perdamaian dalam kebebasan yang lebih luas.
Dengan ketetapan hati menyembuhkan dan mengamankan planet bumi, para pemuka dunia mengumumkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan beserta 169 Target dari agenda universal yang baru ini, untuk menyelesaikan apa yang belum tercapai pada Millenium Development Goals (MDG’s). Berusaha mewujudkan hak asasi manusia dan mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak-anak. Tujuan ini terintegrasi dan menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Satu dari 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDG’s) yaitu Clean Water and Sanitation (tujuan 6) yang menjamin ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Ada lebih dari 733 juta orang yang tinggal di negara-negara dengan tingkat stres air yang tinggi dan kritis.
Dikhawatirkan pada tahun 2030, sebanyak 1.6 juta orang akan kekurangan air minum yang dikelola dengan aman, 2.8 juta orang akan kekurangan sanitasi yang dikelola dengan aman, 1.9 juta orang akan kekurangan fasilitas kebersihan tangan dasar. Kondisi ini diperburuk dengan kebersihan diri dan kondisi kebersihan lingkungan rumah yang menurun akibat terjadinya banjir. Ketika terjadi banjir dan kondisi lingkungan yang menurun, maka akan memudahkan penularan penyakit terutama penyakit seperti dermatofitosis, leptospirosis, ISPA, diare, malaria, dan demam berdarah.
Kebutuhan air kita akan tercukupi bila kita dapat bekerja sama menjaga sumber air dan lingkungan sekitar. Maka dari itu, pemerintah mengupayakan agar masyarakat tidak mengalami dampak dari degradasi lingkungan dengan cara:
- Mengelola dan meningkatkan sumber dan kualitas air
- Menjaga dan merestorasi lahan basah, guna memastikan setiap orang mendapatkan akses untuk air bersih.
- Membuat perlindungan hukum sungai dengan keanekaragaman hayati yang tinggi agar tetap dapat mengalir bebas.
- Menetapkan peningkatkan efektifitas manajemen pemangku kepentingan terhadap daerah aliran sungai
- Mendorong pengelolaan pertanian, akuakultur, dan pengelolaan air yang lebih baik guna meningkatkan kualitas daerah aliran sungai.
- Melakukan pendekatan ekosistem terhadap pengelolaan perikanan untuk kawasan perlindungan perairan kunci.
Dengan memelihara habitat air tawar melalui restorasi lahan basah, menanam pohon di daerah tangkapan air dan daerah yang kekurangan air, serta menghubungkan kembali sungai dengan dataran banjirnya, kita dapat mengurangi risiko terjadinya banjir dan kekeringan, serta tentunya meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Kehidupan biota yang bergantung pada air pun akan diuntungkan pula.
WWF berkomitmen untuk mengembangkan setidaknya 619 model pengelolaan wilayah sungai dan membuat model ini diadopsi untuk mempertahankan layanan mereka bagi orang-orang dan alam pada lanskap dan bentang laut prioritas. Sasaran dan target dari Sustainable and Development Goals (SDG’s) akan dilaksanakan selama lima belas tahun ke depan di bidang-bidang yang sangat penting bagi umat manusia dan planet ini.
(Tulisan ini sebagai salah-satu pemenuhan tugas mata kuliah Kebijakan dan Manajemen Kesehatan)