RADARBANDUNG.id- AD dan MF, 2 remaja berusia 17 dan 14 tahun terungkap sebagai pelaku utama dan yang membantu penculikan dan pembunuhan Fadil Sadewa, bocah 11 tahun, di Makassar, Sulawesi Selatan.
Yang lebih mengejutkan, motivasi tindakan keji itu adalah pengaruh bisnis organ tubuh manusia yang didapat AD dari internet. Ia tergiur dengan iklan yang akan membeli organ tubuh Rp1,2 miliar.
Pada Minggu (8/1) lalu, Dewa pamit kepada orang tuanya hendak ke toko ritel di Jalan Batua Raya, Makassar, tempatnya sehari-hari menjadi juru parkir. Meski masih bersekolah, waktu luangnya dia gunakan untuk mencari tambahan uang jajan.
Pukul 17.00 Wita, AD datang menjemput Dewa dan membujuknya untuk membantunya membersihkan rumah di Jl Batua Raya 14 dengan iming-iming upah Rp 50 ribu. Mereka saling kenal. Dari toko ritel itu, AD lanjut menuju rumah MF yang juga masih tetangga Dewa.
MF yang juga ditetapkan sebagai tersangka mengaku melihat langsung AD mencekik Dewa, lalu membenturkan kepalanya ke tembok berkali-kali. Di sinilah MF terlibat karena dia membantu AD membuang mayat korban ke Jalan Inspeksi Pam Timur, Waduk Nipa-Nipa, Kecamatan Moncongloe, Maros.
MF mengaku tidak tahu-menahu perihal niat AD hendak membunuh Dewa. Dia ikut karena diminta membantu membersihkan rumah AD. ’’Saya ikut karena (AD) kakak kelas di SMA. (Saya) tidak tahu kalau dia mau bunuh ini Dewa,’’ ujarnya dikutip dari FAJAR.
AD sebenarnya tidak tahu banyak terkait situs jual beli organ yang dia akses. Bermodal pencarian di internet, dia menemukan situs Yandex yang pada dasarnya serupa marketplace. Di situ, organ tubuh dijual dengan harga tinggi.
Yandex merupakan situs luar negeri, yang apabila diakses, semua kontennya berbahasa Inggris dan pelaku pun memanfaatkan Google Translate untuk bisa mengetahui maksud dari isinya. Organ tubuh manusia bisa bernilai hingga USD 80 ribu atau sekitar Rp 1,2 miliar.
’’Saya lihat harga seluruh organ tubuh manusia 80 ribu dolar, baru saya coba kontak-mi melalui e-mail, tapi tidak pernah dibalas,’’ urai AD saat diinterogasi petugas di Mapolrestabes Makassar kemarin (10/1).
Sudah lama AD mengakses situs tersebut. Sejak itu pula, dia mencari-cari orang yang bisa dibunuh untuk diambil organ tubuhnya, lalu dijual. Ketika itulah, AD melihat Dewa yang memang merupakan kenalannya.
Saat yakin Dewa telah meninggal, AD kembali berusaha untuk menghubungi situs yang sebelumnya dia akses. Namun, tidak pernah ada jawaban. ’’Jadi, saya buang-mi (jenazah Dewa), dibantu sama ini teman (MF),’’ ujar AD.
Peristiwa itu terungkap setelah orang tua Dewa melaporkan kehilangan anaknya ke Polsek Panakkukang, Makassar, pada Senin, 9 Januari. Sudah sehari Dewa tak pulang. Polisi bergerak cepat mengusut. Kecurigaan bermula saat menyaksikan Dewa dijemput AD dalam rekaman closed circuit television (CCTV). Dari situlah pembunuhan itu terungkap.
Diketahui, berdasarkan penuturan polisi, mayat korban ditemukan terbungkus plastik dan dibuang di kolom jembatan, Inspeksi Pam Timur Waduk Nipa-nipa, Moncongloe, Kabupaten Maros, Selasa dini hari (10/1/2023). (jpg)