RADARBANDUNG.id- KASUS penculikan anak yang menimpa Malika, bocah 6 tahun di Jakarta yang diculik pemulung selama hampir sebulan, menjadi pengingat para orang tua untuk selalu waspada. Pelaku bisa jadi siapa saja, termasuk orang yang dikenal.
Mengajari anak untuk menjaga diri dapat dibiasakan sejak dini. Yang utama tentu adalah pengawasan orang tua.
Ketika anak mulai bisa diajak berkomunikasi dua arah, orang tua bisa memberikan pemahaman sesuai tahap perkembangan usianya. Salah satunya, cara menjaga diri. Anak belajar dari apa yang dilihat, didengar, dan dilakukan.
Dengan demikian, orang tua bisa menyelipkan pemahaman terkait menjaga diri melalui aktivitas sehari-hari. Gunakan metode yang beragam dan menyenangkan. Misalnya, lewat video, gerak, lagu, dan bermain peran. Hal itu perlu dilakukan secara kontinu agar dapat diingat dan dipahami anak.
Tips melindungi si kecil dari penculikan anak
1. Pengawasan dan Pendampingan
Tentu, peran yang utama dalam melindungi anak dari penculikan datang dari orang tua. Ortu harus memastikan anak berkegiatan di tempat yang aman dan dalam pengawasan. Baik ortu, guru, maupun orang dewasa yang dipercaya.
“Ortu harus tahu aktivitas dan jadwal kegiatan anak. Latih agar si kecil terbiasa meminta izin dan menunggu ortu memberi izin sebelum bermain di luar area rumah,” tutur Asteria R. Saroinsong SPsi Psikolog dilansir Jawapos.com.
Meskipun, ke rumah tetangga yang jaraknya dekat. Minta anak menerangkan terlebih dulu ke mana dan pergi dengan siapa. Jangan biarkan anak sendirian. Apalagi di tempat umum atau tempat yang sepi. Jika anak masih kecil, alangkah baiknya tetap dalam pengawasan.
“Seandainya orang tua ingin mengizinkan anak pergi dengan orang lain, sangat perlu mempertimbangkan siapa yang mengajak. Pertimbangkan dengan baik mengenai masalah keamanan dan keselamatannya,” terang psikolog di Layanan Psikologi Bijaksana tersebut.
2. Personal Boundaries
Asteria mengungkapkan, anak sudah harus mengenal batasan sejak dini. Ajarkan tentang sentuhan boleh dan tidak boleh. Termasuk cara menjaga tubuhnya. Tujuannya, membuat anak tetap nyaman dan aman.
“Batasan di sini juga terkait apa yang harus anak lakukan ketika bertemu orang asing. Tekankan pula untuk tidak sembarangan menerima pemberian orang seperti permen atau mainan,” tegas psikolog volunter Puspaga Surabaya itu.
Orang tua tidak bisa memantau anak 24 jam. Karena itu, perlu membekali anak dengan informasi seputar identitas umum. Setidaknya, anak sudah mengetahui nama orang tua, alamat rumah, dan nomor HP orang tua apabila tersesat.