RADARBANDUNG.id, BANDUNG- Berangkat dari keinginan untuk mengedukasi masyarakat dalam bidang Perbendaharaan sejak masa pra sejarah hingga kini, Museum Perbendaharaan didirikan di Bandung.
Gedung Dwi Warna dipilih sebagai lokasi Museum Perbendaharaan tidak lepas dari peranan pentingnya sebagai tempat Sidang Komisi Konferensi Asia Afrika dan pusat pengolahan data dan informasi anggaran.
Dibuka pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin pukul 09.00-16.00, Museum Perbendaharaan ditujukan bagi masyarakat umum secara gratis.
Baca Juga: Museum Gedung Sate adalah Laboratorium Sejarah
Museum Perbendaharaan menampilkan alat-alat yang digunakan para pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan serta cara pengelolaan keuangan dari Sabang sampai Merauke.
Koleksi Museum Perbendaharaan yang ditampilkan meliputi mesin-mesin, salinan kebijakan keuangan, para tokoh perbendaharaan negara, sejarah pengelolaan keuangan, transformasi penampilan uang rupiah dari mulai 1 sen hingga 100 ribu dari tahun ke tahun dan lain-lain.
Baca Juga: Tampilan Baru Museum Geologi Bandung
Koleksi Museum Perbendaharaan yang paling banyak ditampilkan adalah ICW (Indische Comptabiliteitswet) yang berisi peraturan perundang-undangan yang dibuat Belanda dan menjadi pedoman pelaksanaan pengelolaan keuangan bangsa Indonesia dari tahun 1945 hingga 2003 sebelum akhirnya Indonesia memiliki peraturan sendiri.
Koleksi ini berbentuk buku-buku yang tersusun rapi pada lemari kaca dan tidak dapat disentuh ataupun dibuka oleh pengunjung demi menjaga keutuhannya.
Koleksi museum akan terus bertambah seiring dengan perkembangan cara pengelolaan keuangan di Indonesia. Sebagai museum perbendaharaan satu-satunya di Indonesia, koleksi yang ditampilkan berasal dari seluruh pelosok Indonesia.