RADARBANDUNG.id, BANDUNG – Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy alias Romy bicara soal dinamika Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) terkait pencapresan.
Romy menyatakan bahwa KIB bisa pecah. Selain itu ia juga ia menegaskan ada ajakan dari PDIP ke PPP untuk membangun koalisi bersama.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Zaenal A Budiyono punya pandangan menarik ihwal dinamika politik yang sedang berkembang saat ini.
Menurutnya, sejauh ini PDIP belum pernah menawarkan parpol lain untuk bergabung.
Baca Juga: Ahmad Sahroni Ajak Milenial Bandung Aktif Soal Politik
Sebagai seorang analis politik, Zaenal berpendapat, meskipun KIB terbentuk lebih awal dibanding koalisi lain (pertengahan 2022) namun koalisi ini masih kesulitan menentukan capres/ cawapresnya.
“Akibat situasi ini, baik PPP, Golkar dan PAN saling mengintip peluang memajukan kepentingannya masing-masing,” ujar Zaenal.
Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC-ASIA) ini juga mengungkapkan, perkembangan terbaru yakni PAN secara resmi menyatakan dukungan kepada Ganjar Pranowo-Erick Thohir di Rakernas PAN di Semarang beberapa waktu lalu.
Baca Juga: KIB Launching Visi Misi, Pengamat: Politik Gagasan, Bukan Politik Catwalk
Manuver PAN yang mengharapkan cottail effect dari Ganjar dan Erick bisa dimaklumi, karena Ganjar Pranowo adalah nama terkuat di bursa Capres bersama Anies. Sementara Erick terus meningkatkan elektabilitasnya di barisan Cawapres.
“PAN yang menghadapi “hantu” Parliamentary Treshold (PT) 4 persen tentu ingin mematahkan mitos survei tersebut sesegera mungkin. Setelah dikalkulasi oleh dapur PAN, kemunculan figur Capres yang tepat, sangat berpotensi mendorong elektabilitas partai Matahari tersebut,” terangnya.
Masalahnya, kata Zaenal, Golkar dan PPP tidak sejalan dengan manuver tersebut, karena sejauh ini Golkar masih bertahan dengan nama Airlangga Hartarto sebagai Capres. Sementara PPP semakin dekat ke Sandiaga Uno untuk mendampingi Ganjar.